PAKTIKA (Arrahmah.com) – Kemarin (16/8/2011) di bawah Perintah Eksekutif 13224, Departemen Luar Negeri AS menambahkan daftar “hitam teroris” mereka. Mullah Sangeen Zadran, seorang gubernur provinsi Paktika, Imarah Islam Afghanistan, yang juga disebut-sebut merupakan komandan pejuang Islam di wilayah tenggara Afghanistan, dimasukkan ke dalam daftar tersebut. Perintah ini memungkinkan AS membekukan aset Mullah Sangeen, mencegahnya menggunakan lembaga keuarangan dan menuntut dia untuk kegiatan “teroris”.
Statemen AS menyatakan bahwa Mullah Sangeen memimpin para pejuang Islam dalam serangan melawan tentara asing dan membantu Mujahid asing memasuki Afghanistan. Ia juga dihubung-hubungkan dengan pemboman dan penangkapan orang-orang asing di perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Pemerintah teroris AS juga mengatakan bahwa Mullah Sangeen telah terlibat dengan berbagai serangan IED di wilayah Afghanistan tenggara. Para pejabat militer kafir AS mengatakan bahwa ia merupakan salah satu komandan paling berbahaya di Afghanistan timur, dan telah melancarkan serangan mematikan di pos-pos tempur AS di wilayah tersebut, lansir The Long War Journal. Mullah Sangeen merupakan salah satu komandan Mujahidin yang paling dicari di seluruh Afghanistan.
Mullah Sangeen juga dikatakan terlibat dengan penculikan Bowe Bergdahl, yang dilaporkan ditangkap pada 30 Juni 2009 di Paktika. Saat ini tentara khusus AS itu masih berada dalam tahanan. Pada 2 Juli 2009, Mullah Sangeen menyatakan ia akan melepaskan Bergdahl untuk ditukarkan dengan pemimpin Taliban yang berada di dalam penjara thagut.
Mullah Sangeen secara terbuka menyatakan adanya hubungan kuat antara jaringan Haqqani dengan Al Qaeda. Dalam sebuah wawancara yang dirilis pada September 2009 oleh As Sahab, sayap media Al Qaeda, Mullah Sangeen mengatakan Al Qaeda dan Taliban “adalah satu dan dipersatukan oleh Islam”.
“Kami tidak melihat perbedaan antara Taliban dan Al Qaeda, karena kami memiliki satu agama. Syeikh Usamah bin Ladin (rahimahullah) telah berjanji setia kepada amir Imarah Islam Afghanistan, Mullah Muhammad Omar dan telah meyakinkan kepemimpinannya lagi dan lagi. Tidak ada perbedaan antara kita, kami dipersatukan oleh Islam dan Syariat mengatur kami,” ujar Mullah Sangeen kepada As Sahab.
Pemimpin Ar Rahmah Media juga masuk dalam daftar “teroris” AS
Departemen Luar Negeri AS juga menunjuk empat orang lainnya sebagai “teroris” dan akan dikenakan sanksi AS. Mereka termasuk Umar Patek hafidzahullah. Umar Patek ditangkap oleh otoritas boneka Pakistan di kota Abbottabad, di mana Syeikh Usamah bin Ladin rahimahullah dilaporkan syahid dalam serangan AS dan pada pekan lalu telah diekstradisi ke Indonesia. Kini ia dan istrinya berada di dalam tahanan di Mako Brimob Kepala Dua.
Individu lainnya yang ditunjuk AS adalah Muhammad Jibriel Abdul Rahman-pemilik dan pendiri Ar Rahmah media-dan Abdul Rahim Ba’asyir-anak dari Ustadz Abu Bakar Ba’asyir-serta seorang warga Palestina, Mumtaz Dughmush.
Muhammad Jibriel AR, saat ini telah berada di dalam tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang atas tuduhan yang tak terbukti, pendanaan “terorisme”. Ia dihukum lima tahun penjara, semoga Allah segera membebaskannya.
Kemungkinan besar, ia menjadi target AS karena pemikirannya, ia telah membentuk sebuah media yang sangat vokal menyuarakan berita-berita dan informasi mengenai Jihad dan kaum Muslimin dan menyatakan diri sebagai media yang membela Mujahidin dan kaum Muslimin di manapun berada.
Selama ini Ar Rahmah Media, khususnya arrahmah.com selalu merilis berita yang dianggap “melawan arus”, tidak mengikuti media mainstream lain dan sangat terasa keberpihakannya terhadap Mujahidin dan kaum Muslimin. Karena hal inilah pemimpin Ar Rahmah Media disebut “teroris” oleh AS.
Dughmush menjadi target AS karena ia memimpin “Tentara Islam” sebuah kelompok yang terinspirasi dengan Al Qaeda yang berbasis di Gaza. (haninmazaya/arrahmah.com)