SURIAH (Arrahmah.id) – ISIS adalah ancaman yang berkembang di timur laut Suriah, dan kelompok itu akan kembali bangkit kecuali tindakan segera diambil, kata kepala keamanan wilayah yang dipimpin Kurdi setelah serangan mematikan di penjara bulan lalu.
Mazloum Abdi, komandan Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS, mengatakan langkah-langkah keamanan segera diambil untuk menahan sel-sel tidur ISIS yang aktif, tetapi kelompok itu terbukti menjadi pemberontakan yang tangguh, lansir ArabNews (11/2/2022).
Ancaman tetap tinggi, katanya, meskipun pemimpin kelompok tersebut tewas dalam operasi komando AS pekan lalu.
“Kami dikelilingi oleh Daesh,” kata Abdi, merujuk pada akronim ISIS dalam bahasa Arab.
“Kami sudah mengatakan ini berkali-kali. Jika kita tidak berusaha untuk melawan Daesh sekarang, mereka akan menyebar lagi.”
Ketenangan yang lemah telah terjadi di timur laut Suriah sejak serangan 20 Januari oleh ISIS di Gweiran, atau Penjara Al-Sinaa, sebuah fasilitas yang dikelola Kurdi di timur laut Suriah di mana lebih dari 3.000 militan dan remaja ditahan.
Serangan di penjara menyebabkan 10 hari pertempuran antara pejuang yang didukung AS dan militan ISIS yang menewaskan hampir 500 orang. Pejuang Kurdi yang didukung AS akhirnya berhasil mengendalikan situasi.
Abdi mengatakan langkah-langkah keamanan segera diambil untuk menahan sel-sel tidur ISIS setelah serangan itu. Pusat-pusat penahanan yang rentan terhadap serangan serupa telah dikosongkan, penyisiran keamanan sedang berlangsung dan jam malam membatasi pergerakan malam hari.
Tapi, ancaman tetap ada.
Pekan lalu, serangan oleh pasukan komando AS menyebabkan kematian pemimpin ISIS Abu Ibrahim Al-Qurayshi di wilayah Idlib di barat laut Suriah. Abdi mengatakan SDF telah membantu dalam operasi dengan memfasilitasi perjalanan dan logistik untuk AS, tetapi tidak berpartisipasi dengan pejuang di lapangan.
“Kami memberikan keselamatan dan keamanan bagi personel yang masuk, itu saja yang bisa saya sampaikan,” ujarnya.
Sementara moral pejuang ISIS mungkin untuk sementara terpukul oleh kematian Al-Qurayshi setelah serangan penjara, Abdi mengatakan dia tidak percaya itu akan menyebabkan penurunan kelompok.
“Mereka bergantung pada desentralisasi,” katanya, berperilaku berbeda tergantung pada kondisi dan dinamika lokal. (haninmazaya/arrahmah.id)