SAADA (Arrahmah.id) – Koalisi pimpinan Saudi yang dituduh melakukan serangan mematikan di sebuah penjara di Yaman utara pekan lalu mengatakan sedang menyelidiki insiden itu setelah menyangkal telah melancarkan serangan udara.
Koalisi mengatakan tidak berada di belakang serangan pada Jumat di sebuah pusat penahanan di jantung pemberontak Houtsi di Saada, di mana setidaknya 70 orang tewas, menurut badan amal medis Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF).
Kelompok teroris Syiah Houtsi mengatakan setidaknya 91 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka dalam serangan udara itu.
Tim Penilai Insiden Gabungan (JIAT), yang dibentuk oleh koalisi, yang mengklaim beroperasi secara independen, mengatakan pihaknya menindaklanjuti masalah tersebut dalam “komitmen terhadap profesionalisme, transparansi, ketidakberpihakan, dan kredibilitas”, menurut kantor berita resmi Saudi Press Agency (27/1/2022).
“Sejak jam pertama setelah berita kejadian itu tersebar, tim terkait memulai prosedur penyelidikan dan mengumpulkan data dan dokumen yang berkaitan dengan itu,” ujarnya, pada Kamis (27/1).
“Hasilnya akan diumumkan segera setelah penyelidikan selesai.”
Koalisi yang dipimpin Saudi melakukan intervensi dalam perang Yaman pada 2015 untuk mendukung pemerintah melawan pemberontak Houtsi.
Seorang anggota MSF menuduh koalisi berada di balik serangan udara Saada.
“Tidak ada cara untuk menyangkal bahwa ini adalah serangan udara, semua orang di kota Saada mendengarnya,” kata seorang anggota badan bantuan yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip dalam sebuah pernyataan Sabtu malam, lansir Al Jazeera.
Houtsi mengutuk serangan udara itu sebagai kejahatan perang terhadap kemanusiaan, dan meminta dunia untuk “bertanggung jawab”.
Komite Penyelamatan Internasional juga mengutuk serangan udara itu, dengan mengatakan itu adalah insiden korban sipil terburuk dalam tiga tahun.
“Serangan tambahan berisiko merugikan lebih banyak warga sipil dan selanjutnya akan membatasi akses organisasi kemanusiaan ke mereka yang paling membutuhkan,” kata IRC dalam sebuah pernyataan, Rabu.
PBB telah menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut.
“Sekjen menyerukan penyelidikan yang cepat, efektif, dan transparan atas insiden ini untuk memastikan akuntabilitas,” kata juru bicara Antonio Guterres, Stephane Dujarric.
Pada Rabu, kelompok hak asasi manusia Amnesti Internasional mengatakan koalisi “menggunakan amunisi berpemandu presisi buatan Amerika Serikat” dalam serangan yang menghantam penjara.
Intensifikasi serangan ke Yaman terjadi setelah Houtsi mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak dan rudal di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab pada 17 Januari, menewaskan tiga warga sipil.
Serangan itu menandai eskalasi besar dalam konflik di Yaman di mana koalisi pimpinan Saudi, dengan UEA sebagai anggota, telah melakukan serangan udara sejak 2015.
Sejak intervensi koalisi yang dipimpin Saudi, ratusan ribu orang telah terbunuh secara langsung atau tidak langsung dan jutaan orang berada di ambang kelaparan, menurut PBB, yang menggambarkan situasi tersebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (haninmazaya/arrahmah.id)