IDLIB (Arrahmah.id) — Pemboman salah satu stasiun utama penampungan air di Idlib oleh pesawat tempur Rusia menyebabkan hampir 300.000 warga sipil kekurangan air.
Dilansir Daily Sabah (5/1/2022), stasiun distribusi dan pompa air Arshani hancur berkeping-keping setelah pesawat tempur Su-34 Rusia pada 2 Januari membombardir tempat itu.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Direktur Pekerjaan Air Idlib Cemel Diyben mengatakan bahwa tempat tersebut melayani lebih dari 300.000 orang.
“Rusia menargetkan salah satu kebutuhan dasar warga sipil dan membiarkan warga sipil tanpa air,” kata Diyben.
Ibrahim Zeer, seorang warga Idlib, mengatakan bahwa pesawat tempur Rusia telah meningkatkan serangan mereka terhadap fasilitas infrastruktur.
“Sekitar 300.000-400.000 orang akan kekurangan air di Idlib. Lagi pula, orang-orang tidak memiliki daya beli. Perjuangan untuk bertahan hidup warga sipil semakin meningkat dari hari ke hari,” ujarnya.
“Pesawat-pesawat tempur biasa menyerang secara acak. Sekarang mereka secara sistematis menargetkan infrastruktur. Dunia menyaksikan apa yang dilakukan Rusia di Suriah,” tambahnya.
Mohammad Halid, yang juga tinggal di Idlib, menggemakan pentingnya stasiun pompa air yang rusak dalam serangan itu bagi penduduk kota.
“Sangat sulit untuk memperbaiki stasiun air dengan biaya yang begitu tinggi. Membeli air akan menjadi beban tambahan bagi masyarakat,” katanya.
Pesawat-pesawat tempur, yang dikatakan sebagai jet Sukhoi Rusia, terbang di ketinggian dan menjatuhkan bom di beberapa kota dan stasiun pompa air utama yang melayani kota Idlib yang populasinya lebih dari satu juta.
Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan serangan semacam itu memperburuk keadaan kemanusiaan jutaan pengungsi Suriah.
“Penghancuran infrastruktur sipil yang berkelanjutan hanya akan menyebabkan lebih banyak penderitaan warga sipil. Serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil harus dihentikan,” kata Mark Cutts, wakil koordinator kemanusiaan regional PBB untuk Suriah dalam sebuah tweet.
Saksi mata mengatakan serangan juga menghantam peternakan dan peternakan unggas di dekat perbatasan Bab al Hawa dengan Turki.
“Rusia fokus pada infrastruktur dan aset ekonomi. Ini menambah penderitaan rakyat,” kata Abu Hazem Idlibi, seorang pejabat di pemerintahan oposisi.
Dua anak tewas dan lima lainnya terluka akibat kekerasan yang terjadi dalam beberapa hari pertama tahun baru, menurut pernyataan UNICEF (4/1).
“Tahun lalu, lebih dari 70% pelanggaran berat terhadap anak-anak di Suriah tercatat di Idlib,” kata organisasi internasional itu dalam sebuah pernyataan.
“Anak-anak dan layanan yang melayani mereka tidak boleh diserang,” katanya. “Sudah 11 tahun perang brutal terhadap anak-anak Suriah. Berapa lama lagi ini bisa berlangsung?”
Badan tersebut mengumumkan awal pekan ini bahwa stasiun air diserang di desa Arshani di luar Idlib di barat laut Suriah.
“Serangan itu membuat stasiun itu tidak bisa lagi melayani pasokan air untuk lebih dari 241.000 orang, banyak dari mereka menjadi pengungsi internal,” tambahnya.
Serangkaian serangan setelah tengah malam pada hari Sabtu menghantam kamp-kamp darurat yang menampung ribuan keluarga terlantar di dekat Jisr al Shughur, barat Idlib. Sedikitnya dua anak dan seorang wanita tewas dan 10 warga sipil terluka, kata dinas pertahanan sipil.
Kelompok pertahanan sipil White Helmets mengumumkan pada hari Ahad bahwa total 225 warga sipil, termasuk 65 anak-anak dan 38 wanita terbunuh oleh serangan Rusia dan rezim pada tahun 2021. (hanoum/arrahmah.id)