IDLIB (Arrahmah.com) — Hujan lebat yang melanda provinsi barat laut Idlib selama berhari-hari telah membanjiri ratusan tenda di kamp-kamp pengungsian, lapor Daily Sabah (21/12/2021).
Ribuan keluarga pengungsi yang terkena dampak hujan kini berharap uluran tangan setelah satu-satunya tempat tinggal mereka akhirnya terendam.
Mohammad Hallaj, direktur Kelompok Koordinasi Respon Suriah, mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa jalan menuju 104 kamp telah tertutup banjir.
Menurutnya, lebih dari 500 tenda telah rusak dan 2.145 tenda telah terendam banjir sehingga setidaknya 3.742 keluarga telah terkena dampak.
Fatima Jassem, yang melarikan diri dari rezim Bashar Assad dan saat ini tinggal di Kamp Zifir Idlib, menekankan bahwa semua orang di kamp ini sangat membutuhkan bantuan.
“Di malam hari kami tidak bisa tinggal di tenda kami. Tenda kami terendam air. Suami saya sudah tua, dia tidak bisa bergerak dalam cuaca dingin. Kelaparan di satu sisi, hujan di sisi lain … tidak ada seorang pun kecuali Allah yang mengetahui kondisi kami,” kata Jassem.
“Kami membutuhkan segala macam bantuan. Kami membakar sisa kantong plastik yang saya gunakan untuk mengumpulkan makanan,” tambahnya, seraya mengatakan bahwa terutama makanan, pakaian, dan kayu bakar sangat dibutuhkan.
Penduduk lain dari kamp yang sama, Ahmed Mohammed, mengatakan hal yang sama bahwa kondisi kehidupan buruk dan orang-orang tidak bisa tidur di malam hujan.
Mohammed menggarisbawahi bahwa masalah infrastruktur harus diselesaikan sesegera mungkin.
“Kami tidak memiliki terpal untuk melindungi tenda kami dari hujan.”
Dia mengatakan bahwa 50 keluarga hidup dalam kondisi sulit di kamp.
“Kami ingin lepas dari penderitaan ini. Satu-satunya keinginan saya adalah kembali ke rumah. Saya ingin dapat menyediakan kebutuhan dasar anak-anak saya dan mendapatkan uang untuk membeli roti untuk mereka.”
Wilayah Idlib adalah rumah bagi hampir 3 juta orang, dua pertiga dari mereka mengungsi dari bagian lain negara itu.
Hampir 75% dari total populasi di wilayah Idlib yang dikuasai oposisi bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, karena 1,6 juta orang terus tinggal di kamp atau pemukiman informal, ungkap Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Selama bertahun-tahun, rezim Assad telah mengabaikan kebutuhan dan keamanan rakyat Suriah, hanya mengincar keuntungan wilayah dan menghancurkan oposisi.
Dengan tujuan ini, pemerintah selama bertahun-tahun telah membom fasilitas sipil seperti sekolah, rumah sakit dan daerah pemukiman, menyebabkan perpindahan hampir setengah dari penduduk negara itu.
Situasi bagi orang-orang di Idlib memburuk ketika rezim Assad, yang didukung oleh Rusia, melancarkan serangan ke provinsi tersebut.
Pengeboman dan penembakan yang sering terjadi telah membuat hampir 50% fasilitas kesehatan tidak berfungsi di tengah pandemi virus Covid-19. (hanoum/arrahmah.com)