DAMASKUS (Arrahmah.com) — Iring-iringan kendaraan militer Amerika Serikat (AS) terlihat meninggalkan Irak dan memasuki provinsi Hasakah, Suriah, pada hari Ahad (28/11). Kendaraan bergerak dalam dua kelompok dengan jumlah lebih dari 100 unit.
Dilansir dari Sputnik News (29/11), konvoi ratusan truk itu kemungkinan besar berisi bahan logistik dan truk pendingin.
Konvoi pertama dilaporkan terdiri dari sekitar 60 kendaraan, sedangkan yang kedua memiliki sekitar 40 kendaraan.
Kendaraan militer AS ini terlihat menyeberang ke wilayah Suriah dari Irak melalui penyeberangan Al Waleed dengan pengamanan kendaraan lapis baja.
Melalui akun Twitter resminya hari Ahad (14/11), Kedutaan Besar AS menuliskan, kelompok militan Islamic State (ISIS) telah menimbulkan ancaman langsung bagi rakyat Suriah dan kepentingan keamanan nasional AS.
Atas dasar itu, AS menegaskan komitmennya untuk terus memerangi ISIS di Suriah dengan tetap menempatkan pasukannya di sana. Meskipun koalisi internasional telah menyatakan bahwa kelompok itu sudah dikalahkan.
“Kehadiran militer kami akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa ancaman kelompok militan ISIS dihilangkan. Rakyat Suriah dan Amerika tidak pantas mendapatkan yang kurang dari ini,” tulis Kedutaan Besar AS.
Dengan tujuan memerangi ISIS, AS telah memberikan pelatihan militer dan banyak truk dukungan militer kepada milisi sosialis Kurdi di Suriah (YPG). AS juga bermitra dengan YPG di timur laut Suriah dalam perjuangannya melawan kelompok militan ISIS.
Dukungan AS kepada YPG ini ditentang oleh Turki, rekannya di NATO, karena YPG bagi Turki adalah kelompok teroris yang kerap meneror penduduk setempat dengan menghancurkan rumah warga.
Kehadiran AS pun dipermasalahkan oleh Suriah, Iran, dan Rusia. Selain tidak memiliki mandat Dewan Keamanan PBB, AS juga tidak memiliki undangan dari pemerintah terpilih di Damaskus untuk membenarkan pengerahan pasukannya di negara itu.
Pemerintah Suriah malah menuduh bahwa AS sebenarnya terlibat dalam pencurian sumber daya minyak negara. (hanoum/arrahmah.com)