JALALABAD (Arrahmah.com) — Taliban kerahkan 1.300 militernya ke Jalalabad yang berada di timur Afghanistan untuk memerangi kelompok militan Islamic State Khurasan Province (ISKP) yang terus melakukan serangan di sana.
Menurut pejabat keamanan Taliban, seperti dilansir The Washington Post (23/11/2021), penambahan ribuan pasukan ini akan operasi memberangus militan ISKP dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat.
Sejak penambahan itu, ratusan militan ISKP ditangkap telah menghilang atau ditemukan tewas, menurut militer Taliban.
“Pertarungan itu sulit, dan ya terkadang brutal, tetapi kita harus membasmi ISKP tidak hanya untuk Afghanistan, tetapi untuk seluruh dunia,” kata Qari Nurullah Fateh, seorang pejuang Taliban di Jalalabad.
Unit militer Fateh melakukan beberapa operasi pencarian militan ISKP di Jalalabad hampir setiap malam dari matahari terbenam hingga shalat subuh. Sebelumnya, mereka hanya akan meninggalkan pangkalan sekali atau dua kali seminggu. Fateh memperkirakan bahwa 7 sampai 10 tersangka militan ISKP ditangkap di Jalalabad setiap pekan dan sekitar enam tewas.
Tindakan keras Taliban membuat ISKP menyerukan penduduk Nangahar untuk bangkit dan melawan. Tidak jelas berapa banyak dari mereka yang bergabung dengan ISKP, menurut penilaian PBB.
ISKP mulai menyerang Jalalabad dalam beberapa pekan setelah Taliban mengambil alih Afghanistan.
Komandan Taliban setempat awalnya menanggapi dengan membunuh beberapa kolaborator dan menggantung tubuh mereka di sepanjang jalan utama dan di persimpangan yang sibuk.
“Ini adalah cara yang sangat efektif untuk merespons,” kata Fateh, pejuang Taliban di Jalalabad, “Itu adalah pelajaran bagi orang-orang bahwa inilah yang terjadi jika Anda bergabung dengan ISKP. Kami ingin menunjukkan kepada mereka konsekuensinya.”
“Saya sendiri, saya gantung dua mayat,” kata Fateh, memperkirakan pejuang Taliban lainnya menggantung sekitar 40 lebih.
Puluhan tersangka kolaborator dipenggal. Dia mengatakan hukuman dilakukan sesuai dengan hukum Islam dan disetujui oleh kepemimpinan Taliban.
Namun menurut beberapa penduduk Jalalabad dan mantan pejabat pemerintah Afghanistan, pendekatan Taliban untuk memulihkan ketertiban seperti itu akan mendorong upaya perekrutan ISKP semakin banyak.
Para pemimpin masyarakat di Nangahar telah memohon agar Taliban mengakhiri pembunuhan, “jika tidak, kita tidak dapat menghentikan pemuda kita untuk bergabung dengan mereka (ISKP),” kata Abdul Sayed, seorang peneliti Afghanistan di London.
Pada konferensi pers beberapa waktu lalu, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid meremehkan ancaman tersebut, dengan mengatakan ISKP tidak memiliki dukungan di antara warga Afghanistan dan kelompok itu “sebagian besar telah ditangani.”
Namun Khalil Hamraz, juru bicara direktorat intelijen Taliban, mengakui pada konferensi yang sama bahwa pengambilalihan militer oleh Taliban atas negara itu secara tidak sengaja meningkatkan dukungan pada ISKP.
Serangan Taliban di penjara-penjara rezim Afghanistan sebelumnya di seluruh negeri telah juga membebaskan anggota ISKP yang dipenjarakan, katanya.
“Selama kemenangan Imarah Islam, sayangnya banyak tahanan ISKP berhasil melarikan diri,” katanya, tetapi dalam beberapa bulan sejak itu, pejuang Taliban telah menangkap sekitar 600 tersangka ISKP dan menjinakkan bahan peledak mematikan.
Diperkirakan angggota ISKP di Afghanistan berjumlah antara 2.000 dan 3.500. Jumlah ini kecil apabila dibandingkan dengan total pejuang Taliban yang berjumlah 70.000 orang.
Taliban telah terlibat dalam pertempuran dengan ISKP selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2019, Taliban membantu membersihkan sebagian besar Nangahar dari wilayah yang dikuasai ISKP, bersamaan dengan operasi besar-besaran yang dipimpin Amerika Serikat yang membantunya dengan gelombang serangan udara bertubi-tubi.
Pasca operasi militer dari dua sisi itu, serangan ISKP di Afghanistan menurun tajam pada tahun berikutnya, tetapi pejabat AS memperingatkan bahwa kelompok itu dapat dengan mudah berkumpul kembali jika tekanan kontraterorisme tidak diterapkan setelah penarikan AS.
Bahkan dengan peralatan khusus dan unit kontraterorisme elit, pasukan pemerintah Afghanistan yang didukung AS berjuang selama bertahun-tahun tidak berhasil mengendalikan Nangahar.
Nangahar merupakan medan yang berat dan rute penyelundupan yang sangat menguntungkan bagi kelompok-kelompok militan yang ingin memindahkan pejuang dan amunisi antara Pakistan dan Afghanistan.
“Pejuang Taliban ini tidak mengenal provinsi tersebut, dan mereka tidak memiliki cara untuk memeriksa informasi intelijen yang mereka terima tentang target (ISKP),” kata seorang penduduk Jalalabad dan mantan aktivis masyarakat sipil, “Jadi mereka hanya mengejar siapa pun yang mereka curigai, membunuh mereka dan mengatakan bahwa orang itu adalah ISKP.”
Fateh, pejuang Taliban yang ditugaskan di sayap intelijen di Jalalabad, mengatakan komandan intelijen Taliban untuk Nangahar, Mohammad Bashir, menandai semua target sebelum serangan diluncurkan dan memiliki keputusan akhir terhadap tersangka yang ditangkap.
“Dr. Bashir memberi tahu kami bahwa ISKP seperti virus yang tidak hanya akan menginfeksi Afghanistan, tetapi juga negara lain. Mereka yang kurang berbahaya kita bawa ke penjara, tetapi yang berbahaya maka diperintahkan untuk dibunuh di tempat,” ujarnya. (hanoum/arrahmah.com)