IDLIB (Arrahmah.com) — Sebuah waduk utama di Suriah barat laut telah menjadi kering untuk pertama kalinya, menurut petani dan pejabat setempat. Hal itu terjadi akibat curah hujan yang rendah, kerusakan struktural, dan pengaliran air oleh petani.
Suriah mengalami salah satu tahun terkering dan terpanas dalam catatan setelah curah hujan rendah secara historis pada musim dingin lalu, dengan perubahan iklim yang terjadi akibat ulah manusia yang meningkatkan frekuensi kekeringan dan kebakaran hutan di seluruh dunia.
Waduk yang dibentuk dari Bendungan Al Duwaysat di provinsi Idlib, sumber irigasi utama bagi ribuan petani, telah benar-benar kering untuk pertama kalinya dalam 27 tahun sejarahnya.
Dasar waduk yang terbuka kering di banyak tempat, menjadi hamparan menyeramkan yang dipenuhi perahu yang terdampar, tengkorak binatang, dan pohon mati.
Hanya terdapat beberapa kolam dangkal, dan di sekitarnya kawanan kecil domba merumput.
“Karena kekeringan dan curah hujan yang rendah, kami sekarang dapat berjalan di dasar waduk,” kata insinyur pengelolanya, Maher al-Hussein, dilansir AFP (11/11/2021).
Ia mengingat, kapasitas waduk itu penuh pada dua tahun lalu.
Curah hujan yang rendah pada musim dingin lalu membuat waduk itu terisi setengah penuh dan semua air digunakan untuk irigasi oleh para petani yang mencoba menyelamatkan tanaman mereka, kata Hussein.
Kerusakan pada pipa utama yang mengalirkan air dari waduk ke jaringan irigasi telah menyebabkan kebocoran yang signifikan, yang selanjutnya mengurangi volume yang mencapai ladang, tambahnya.
“Ini pertama kalinya waduk mengering sejak dibangun pada 1994,” kata Hussein.
Dia mengatakan sekitar 800 keluarga bergantung pada waduk untuk mengairi 150 hektare lahan pertanian.
“Sudah 10 tahun kami datang ke waduk ini,” kata peternak sapi Abu Joumaa. “Jika Tuhan tidak mengirimkan kepada kita curah hujan yang baik yang dapat mengisi waduk tahun ini … orang tidak akan bisa menanam tanaman yang mereka andalkan untuk mencari nafkah.” (hanoum/arrahmah.com)