ANKARA (Arrahmah.com) — Pasca menyatakan kerja sama dan komitmennya membangun Afghanistan di bawah kendali pemerintahan Taliban, kini Cina mulai mendekat Palestina, yang selama ini dikenal berkonflik dengan Israel.
Terkait hal itu, Istanbul Turki menjadi tuan rumah konferensi internasional pertama yang membahas hubungan Cina dengan Palestina.
Konferensi ini dihadiri ahli dan akademisi yang berasal dari seluruh dunia.
Selain hubungan Cina dan Palestina, konferensi juga mendiskusikan peran dan dampak Cina terhadap konflik Palestina-Israel.
Konferensi satu hari ini diselenggarakan oleh Forum Timur Tengah Asia.
“Konferensi ini akan mengangkat hubungan sejarah Cina-Palestina dan berdiri di atas ikatan politik dan budaya yang paling penting,” ujar penyelenggara dari Forum Timur Tengah Asia, mengutip Anadolu Agency pada Senin (8/11/2021).
Tercatat sebanyak 16 pembicara, termasuk pembicara dari Cina yang hadir dalam Konferensi Internasional.
Mereka membahas dukungan Cina dalam kemerdekaan Palestina.
“(Dukungan) Melawan pendudukan (Israel) (di Palestina) dan dampak konflik AS-Cina terhadap perjuangan Palestina,” kata penyelenggara.
Topik lainnya juga dibahas.
Seperti visi dan strategi Cina dan sifat peran kebangkitan dan pembangunannya di tingkat Asia Barat.
“Perdebatan juga akan mengantisipasi peran Cina dalam upaya mencapai solusi yang adil dan komprehensif untuk masalah Palestina,” jelas penyelenggara.
“Konferensi itu juga akan membahas visi Palestina tentang peran Cina di Timur Tengah,” imbuhnya.
Cina sendiri diketahui mendukung kemerdekaan Palestina dari Israel.
Mereka berjanji akan terus mengawal prosesnya.
Dukungan ini dinyatakan berulang kali, terutama saat konflik kedua negara memanas, dan Amerika Serikat (AS) ‘pasang badan’ membela Israel.
“Kami akan terus mendukung dengan tegas rakyat Palestina dalam upaya mereka yang adil guna memulihkan hak-hak mereka yang sah dan mendirikan negara merdeka. Cina akan terus memainkan peran yang positif dan konstruktif hingga saat ini,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina, Wang Wenbin saat menyikapi normalisasi diplomatik Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, Senin (14/9).
Duta Besar Cina Zhang Jun di Dewan Keamanan PBB, pada Rabu (22/7), juga mengatakan Presiden Cina Xi Jinping, menyebut bahwa Negaranya adalah ‘teman tulus rakyat Palestina’.
Hal tersebut disampaikan menyikapi kekhawatiran Cina atas pencaplokan wilayah Palestina yang terus dilakukan Israel.
Seperti diketahui, Cina menjadi negara pertama di dunia yang ingin menjalin hubungan baik dengan Taliban, penguasa Afghanistan yang baru.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina, Wang Wenbin menyampaikan bahwa Cina menghormati ‘kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial’ Afghanistan.
Pernyataan pemerintah Cina itu keluar setelah pemerintahan baru Afghanistan yang diisi ‘tokoh-tokoh Taliban’ akhirnya terbentuk.
Ini sekaligus menjawab pertanyaan banyak pihak terkait tanggapan Cina terhadap terbentuknya pemerintahan Taliban.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (8/9), Wang Wenbin menekankan bahwa Cina mendukung rakyat Afghanistan untuk ‘secara mandiri memilih jalur pembangunan sesuai dengan kondisi nasional mereka sendiri’ tanpa campur tangan dalam urusan internal negara itu.
Wang juga menambahkan pembentukan pemerintahan sementara diperlukan untuk memulihkan ketertiban dalam negeri dan rekonstruksi pasca perang, setelah lebih dari tiga minggu terjadi ‘aksi anarkis’ pasca pengambilalihan kekuasaan Afghanistan oleh kelompok militan Taliban.
Wang menyatakan harapannya agar Afghanistan yang selama ini dilanda perang dapat membangun ‘struktur politik yang luas dan inklusif’ serta mampu membuat kebijakan dalam dan luar negeri yang moderat dan stabil.
Pernyataan Wang ini muncul tidak lama setelah pengumuman Taliban bahwa mereka telah menunjuk pejabat penting pemerintah.
Menariknya, beberapa menteri yang baru saja diangkat ternyata masuk dalam daftar sanksi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Sementara Penjabat Menteri Dalam Negeri Afghanistan Taliban, Sirajuddin Haqqani dianggap sebagai teroris internasional oleh otoritas Amerika Serikat (AS) dan diburu oleh FBI yang menawarkan hadiah 5 juta dolar AS bagi siapapun yang bisa menangkapnya.
Perlu diketahui, beberapa negara dan institusi di seluruh dunia telah mengambil sikap lebih keras terhadap kepemimpinan Taliban.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan pada Jumat lalu bahwa Inggris tidak akan mengakui pemerintahan Taliban.
Kendati demikian, ia menekankan bahwa sudah waktunya untuk ‘bekerja’ dengan kelompok itu untuk membahas masalah-masalah seperti evakuasi yang aman, dan ‘menghadapi kenyataan baru di Afghanistan’.
Sementara di sisi lain, Cina dijuluki sebagai ‘mitra utama’ Taliban oleh juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Mujahid bahkan memuji rencana Cina untuk berinvestasi di Afghanistan. (hanoum/arrahmah.com)