Ucapan di antara tanda kutip diatas adalah ungkapan yang sering kita dengar dari mayoritas para dai dan fuqaha zaman yang tampil di hadapan umat dan menjadi panutan mereka. Bebas yang mereka maksudkan adalah keleluasaan tanpa pelarangan dan pengintaian serta penindasan atau tekanan dan jerat hukum orang-orang kafir yang berkuasa sekarang.
Bila ucapan itu menunjukkan terhadap sesuatu, maka ia itu menunjukkan terhadap raibnya pemahaman laa ilaaha illallah dan konsekuensinya dari benak orang-orang itu serta raibnya tabiat dakwah tauhid dari pemahaman mereka.
Kita beriman bahwa apa yang Allah ta’ala kabarkan kepada kita di dalam wahyu Al Qur’an maupun Al Hadits adalah haq, sedangkan Dia telah mengabarkan di dalam firman-Nya bahwa para penyeru dakwah Islam itu selalu disakiti dan ditentang:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُواْ عَلَى مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللّهِ
“Dan sungguh benar-benar telah didustakan para rasul sebelummu, maka mereka bersabar terhadap pendustaan dan penindasan yang terjadi atas diri mereka sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada seorangpun yang bisa mengganti ketentuan-ketentuan Allah…” [Al An’am: 34]
Di dalam ayat ini Allah ta’ala mengabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau mengalami penentangan dan gangguan kaumnya bahwa semua rasul terdahulu juga sama didustakan dan disakiti terus mereka bersabar sampai Allah ta’ala datang dengan pertolongan-Nya. Dan Allah ta’ala kabarkan bahwa itu adalah sunnatullah dan ketentuan-Nya yang tidak akan berubah atau diganti.
Dan inilah yang dipahami Waraqah bin Naufal yang hanif yang membaca Kitab samawi terdahulu di zaman jahiliyyah, dimana saat Rasulullah pertama kali mendapatkan wahyu, Khadijah radliyallahu ‘anha membawanya kepada saudara sepupunya yaitu Waraqah. Rasulullah menceritakan apa yang dialaminya kepada Waraqah, kemudian ia berkata, “Ini adalah Namus (Jibril atau Wahyu) yang pernah turun kepada Musa dan Isa,” terus ia berkata: “Seandainya aku masih muda saat engkau diusir oleh kaummu, tentu aku akan membelamu dengan pembelaan sepenuhnya”. Maka Rasulullah kaget dan berkata: “Apakah mereka akan mengusir saya?” Waraqah berkata dengan pancaran ilmu akan tabiat dakwah tauhid: “Tidak seorangpun datang dengan membawa seperti apa yang engkau bawa melainkan pasti disakiti dan dimusuhi.” [HR Al Bukhari]
Dan itulah yang terjadi saat beliau mulai menjaharkan dakwah tauhid di Mekkah, penentangan, hinaan, sikap menyakiti, penindasan, perencanaan pembunuhan dan gangguan lainnya, padahal sebelumnya beliau digelari Al Amin, dan perlu diingat bahwa di awal Islam belum ada kewajiban shalat lima waktu, zakat, shaum, haji dan lainnya, namun yang ada adalah tauhid dan kesiapan diri untuk berserah diri kepada ajaran Allah ta’ala yang terus turun dan loyalitas kepadanya serta berlepas diri dari segala yang menyelisihinya. Dan hal-hal itu juga dialami para sahabatnya…
Allah ta’ala berfirman tentang makar orang-orang kafir:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ
“Dan (ingatlah) tatkala orang-orang kafir membuat makar terhadapmu untuk melumpuhkanmu atau membunuhmu atau mengusirmu.” [Al Anfal: 30]
Melumpuhkan dengan melukai atau memenjarakan atau membekukan aset dan kekayaan agar aktivitas dakwah lumpuh…
Membunuh baik terang-terangan maupun dengan diam-diam
Mengusir untuk menjauhkan masyarakat dari pengaruhnya baik dengan pengasingan, deportasi atau penjatuhan nama baiknya agar pengaruhnya terusir dari masyarakat…
Karena dakwah tauhid ini dianggap memecah belah tatanan hidup masyarakat dan bangsa yang sudah berjalan selama ini. Para malaikat mensifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
محمد فرق بين الناس
“Muhammad itu memecah belah diantara manusia.” [HR Al Bukhari]
Menjelaskan tauhid yang benar akan membuat masyarakat ini terbelah, antara yang menerima dan yang menentang. Ini adalah sunnatullah yang dihadapi para penerus dakwah rasul, karena para ulama adalah pewaris nabi, bukan mewarisi hartanya, tapi mewarisi dakwahnya dan konsekuensinya serta bebannya….
Ulama Rabbani dan penyeru tauhid yang haq akan mengalami berbagai perlakuan buruk dari fir’aun-fir’aun negeri zaman ini dan aparat-aparatnya, karena para duat tauhid yang haq akan selalu mengajak manusia tunduk kepada Allah dan hukum-Nya serta mengajak mereka berlepas diri dari para thaghut dan hukumnya, ideologinya dan falsafah negara kafirnya, dan mendidik umat untuk siap sedia berkorban di jalan Allah dalam menghadapi barisan fir’aun yang durjana.
Dengan dakwah semacam itu dan kejadian-kejadian yang menimpa para penganut dan penyerunya, terjadilah kejelasan pemilahan antara anshar tauhid dengan anshar thaghut, dan itulah makna ucapan Malaikat “Muhammad itu memecah belah diantara manusia”. [HR Al Bukhari] Dan jelas pula hakikat tauhid di mata manusia, sehingga tidak ada kesamaran.
Sungguh penjaharan dakwah tauhid di hadapan manusia adalah mashlahat yang tidak ada mafsadah sedikitpun selagi orang yang menjaharkan itu istiqomah saat mendapatkan resikonya, dan kematian diatasnya adalah keberuntungan besar dan kesyahidan. Sungguh semua orang bertauhid dan menuntut para penguasa untuk menegakkan hukum Allah, kemudian mereka dibunuhin semuanya oleh penguasa thaghut karena menolak hukum Allah itu, maka itu lebih baik dan lebih beruntung daripada mereka hidup nyaman aman sentosa di bawah payung hukum thaghut. Bukankah Allah ta’ala dalam kisah pembunuhan massal muwahhidin Ashhabil ukhdud oleh penguasa kafir. Allah mengatakan: ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ
“Itulah kemenangan yang sangat besar.” [Al Buruj: 11]
Dakwah tauhid menuntut untuk menjelaskan kepada manusia perihal kemusyrikan sistem pemerintahan yang ada, kekafiran demokrasi dan undang-undang buatannya serta penganutnya, kethaghutan ideologi yang dianut penguasa ini, keharaman loyalitas kepada pemerintah kafir ini, kewajiban berlepas diri darinya, kewajiban membenci dan memusuhinya yang merupakan millah Ibrahim, sebagaimana firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَه
“Sungguh telah ada suri tauladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya saat mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadati selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian, dan telah nampak antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian selama-lama sampai kalian beriman kepada Allah saja.” [Al Mumtahanah: 4]
Sedangkan Dia memerintahkan kita untuk mengikuti millah Ibrahim ini:
فَاتَّبِعُواْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
“Maka ikutilah millah Ibrahim yang lurus.” [Ali Imran: 95]
Dan hanya orang bodoh dan dungu saja yang tidak menyukai millah Ibrahim ini:
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ
“Dan tiada yang membenci millah Ibrahim kecuali orang yang telah memperbodoh dirinya sendiri.” [Al Baqarah: 130]
Ya orang bodohlah yang mengorbankan tauhid yang merupakan modal pokok untuk meraih surga dengan keridlaan thaghut penguasa yang memberikan kesenangan semu di dunia yang menggiring masuk neraka kelak.
Dakwah tauhid yang haq menuntut si dai menjelaskan kepada masyarakat bahwa taat dan loyalitas kepada penguasa kafir ini adalah biang kerugian dunia dan akhirat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوَاْ إِن تُطِيعُواْ الَّذِينَ كَفَرُواْ يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنقَلِبُواْ خَاسِرِينَ
“wahai orang-orang yang beriman bila kalian mentaati orang-orang yang kafir tentu mereka mengembalikan kalian ke belakang kalian (yaitu kekafiran), sehingga akhirnya kalian kembali dalam keadaan rugi.” [Ali Imran: 149]
Karena menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin yang kepadanya diberikan ketaatan dan loyalitas adalah kontradiksi dengan makna iman kepada Allah, Nabi-Nya dan Kitab-Nya:
وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِالله والنَّبِيِّ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاء
“Dan seandainya mereka itu beriman kepada Allah, Nabi dan apa yang diturunkan kepadanya tentu mereka tidak menjadikan orang-orang kafir itu sebagai para pemimpin.” [Al Maidah: 81]
Serta hal-hal pokok lainnya yang berkaitan dengan terapan tauhid pada dunia realita.
Bagaimana kiranya dengan duat tauhid semacam itu, apakah akan dipersilahkan leluasa tampil di podium-podium masjid milik pemerintah ini, leluasa tampil di televisi-televisi yang ada, atau leluasa mengisi khutbah-khutbah jum’at dengan misi itu di masjid-masjid umum sekalipun? Atau justeru tempat-tempat pengajiannya justeru diawasi, diinteli dan diupayakan untuk ditutup karena membahayakan fir’aun negeri dan sistimnya? Atau tempat-tempatnya di sel-sel penjara dan kuburan, bahkan di penjara juga tidak bisa leluasa dakwah tauhid yang haq apalagi di masjid dan pesantrennya, karena diantara larangan narapidana yang tertulis di dinding diantaranya adalah dilarang menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 dan dilarang mempertentangkan Pancasila…. Bagaimana bisa leluasa sedangkan masjid dan pesantrennya adalah di bawah payung pembinaan bimpas lapas, sedangkan pembinaan resmi lapas itu adalah berdasarkan Pancasila…. Subhanallah… seolah Pancasila-lah yang menciptakan negeri ini….
Jadi bebaskah pak kiyai, pak ustadz dan para dai menyampaikan dakwah tauhid yang haq itu?
Memang bebas bagi selain tauhid… bebas bagi majelis dzikir… bebas bagi kajian fiqh… bebas bagi ceramah apapun selama tidak menyinggung hal-hal tadi… bebas bagi dai-dai penipu umat… bebas bagi juru ceramah penjilat penguasa… bebas bagi orang-orang terlaknat yang menyembunyikan al haq saat umat sangat membutuhkannya… Sedangkan orang-orang yang mengatakan ucapan “bebas dakwah Islam zaman sekarang tidak seperti zaman Rasul dulu” adalah tidak lepas dari tipe dai penipu atau penjilat atau terlaknat.
Bagaimana tidak disebut penipu umat orang yang menampilkan para penguasa murtad dalam tampilan ulil amri yang wajib taati di hadapan umat.
Bagaimana tidak dikatakan penipu umat orang yang menyampaikan kepada umat bahwa demokrasi dan Pancasila itu sesuai dengan Islam….
Sungguh menampilkan barang busuk dalam tampilan yang baik dan indah adalah penipuan. Rasulullah bersabda:
من عش فليس منا
“Barangsiapa menipu, maka ia bukan dari (golongan) kami.” [HR Muslim]
Hadits ini perihal penipuan barang dagangan, maka bagaimana dengan penipuan dien dan tauhid?!!
Bagaimana tidak disebut penjilat penguasa orang yang tidak pernah mengomentari kekafiran, kemusyrikan dan kerusakan serta kezaliman penguasa dan sistimnya yang nyata nampak, dan justeru cenderung membenarkannya atau mengudzurnya, tapi bila ada saja ada tindakan orang-orang muwahhidin yang tidak sejalan dengan dia baik itu benar secara syar’iy atau hal ijtihadiy atau kekeliruan yang motivasinya ghirah kepada dien maka dia penuhi mulutnya dan ceramah atau khutbahnya dengan pengingkaran dan hujatan seolah ia pembela Islam haqiqiy….
Dan bagaimana tidak terlaknat orang yang memposisikan diri sebagai dai dan penyeru ajaran Islam tapi dia tidak menyampaikan permasalahan tauhid yang realitas yang sangat sangat mendesak untuk dijelaskan kepada umat karena banyak umat terjerumus ke dalam hal-hal yang menggugurkan tauhid dan keislamannya tanpa mereka ketahui yang menjerumuskan ke dalam neraka. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلعَنُهُمُ اللّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah Kami turunkan berupa bukti-bukti yang nyata dan petunjuk setelah Kami menjelaskannya kepada manusia di dalam Al Kitab, mereka itu adalah dilaknat Allah dan dilaknat oleh semua yang melaknat. Kecuali orang-orang yang bertaubat, melakukan perbaikan dan menjelaskan….” [Al Baqarah: 159-160]
Sedangkan permasalahan tauhid adalah permasalahan yang paling pertama dan paling gamblang dijelaskan di dalam Al Kitab (Al Qur’an) yang tidak tersamar kecuali terhadap orang yang buta hati dan berpaling. Allah ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ نفَصِّلُ الآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan begitulah, Kami menjelaskan (secara rinci) ayat-ayat itu (supaya jelas jalan orang-orang mu’min) dan supaya jelas juga jalan orang-orang kafir.” [Al An’am: 55]
Sedangkan realita yang dihidupi oleh semua umat dalam setiap waktunya adalah pertanyaan mendesak yang butuh jawaban segera walau mereka tidak menanyakan dengan lisan, karena setiap hari ada umat yang mati yang bisa jadi membawa dosa syirik dan kekufuran, baik sebagai aparat hukum atau orang yang loyal kepada hukum dan pemerintah kafir ini atau kekufuran lainnya …
Bila tauhid yang haq itu disampikan kepada umat, maka wujud realita ucapan Malaikat “Muhammad itu memecah balah diantara manusia”, itu akan nampak buktinya di tengah umat, dimana umat akan terpecah menjadi dua kelompok, yaitu umat yang menerima tauhid lagi berlepas diri dari thaghut dan pemerintahannya, dan kelompok yang menolak tauhid lagi loyal kepada thaghut dan pemerintahannya…
Dan para thaghut pun akan menyikapinya sebagaimana sikap fir’aun kepada dakwah Musa ‘alaihissalam:
إِنَّ هَؤُلَاء لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ وَإِنَّا لَجَمِيعٌ حَاذِرُونَ
“Sesungguhnya mereka itu adalah benar-benar kelompok kecil. Dan sesungguhnya mereka itu telah mengundang kegeraman kita. Dan sesungguhnya kita benar-benar selalu waspada semuanya.” [Asy Syu’ara: 54-56]
Mereka adalah segelintir orang yang menghasut masyarakat untuk benci dan anti pemerintah, sehingga semua harus waspada, jangan sampai terhasut dan tercuci otaknya.
Atau tuduhan fir’aun bahwa itu ajakan untuk mengganti ideologi dan merusak tatanan hukum dan masyarakat yang ada. Allah berfirman tentang fir’aun:
إِنِّي أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَن يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ
“Sesungguhnya aku takut dia mengganti dien (hukum/ideologi/ajaran) kalian atau menampakkan kerusakan di bumi (Mesir) ini.” [Al Mu’min: 26]
Mereka ingin kita tinggalkan hukum dan ideologi warisan pendiri negara dan menggantinya dengan hukum Islam saja sehingga menyakiti anak bangsa yang beragama non muslim…. Subhanallah…. Kenapa benci kepada hukum Islam? Sungguh orang yang dihatinya ada sebesar debu keimanan tentu dia ingin hukum Islam sajalah yang tegak di muka bumi ini walaupun dia lemah dari mewujudkannya. Dan orang yang tidak suka hukum Islam tegak di bumi Allah adalah orang kafir walaupun mengklaim masih muslim dan rajin beribadah:
وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Yang demikian itu dikarenakan mereka membenci apa yang telah Allah turunkan, maka Allah menghapuskan amalan mereka.” [Muhammad: 28]
Sedangkan keterhapusan amalan hanyalah dengan syirik atau kekafiran:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Sesungguhnya seandainya kamu berbuat syirik, tentu hapuslah amalanmu.” [Az Zumar: 65]
وَمَن يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه
“Dan barangsiapa kafir terhadap keimanan, maka telah hapuslah amalannya.” [Al Maidah: 5]
Atau tuduhan ingin merebut dan menggulingkan pemerintah, sebagaimana ucapan fir’aun kepada Musa dan Harun ‘alahimassalam:
أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاء فِي الأَرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ
“Apakah kamu datang kepada kami supaya kamu memalingkan kami dari apa yang kami dapatkan nenek moyang kami menganutnya dan supaya kekuasaan di bumi ini milik kalian berdua?” [Yunus: 78]
Padahal Musa dan Harun ‘alaihimassalam tidak mengangkat senjata kepada fir’aun….
Bagaimana pak kiyai, bagaimana pak ustadz?!!
Kami hanya mengajak bapak-bapak untuk menjelaskan hakikat tauhid yang haq berikut kaitannya dengan realita kepada umat ini agar mereka selamat di akhirat…. agar umat ini tersadar dari tertidurnya yang lama akibat ulah dai-dai penipu dan penjilat…
Dan kalau anda tidak menganggap sistim dan pemerintahan ini telah melanggar tauhid padahal anda memahami realita yang berjalan, maka anda lebih butuh untuk kembali duduk mempelajari makna dan haqiqat laa ilaaha illallah berikut pembatal-pembatalnya daripada pergi ceramah kesana ke mari tanpa paham hakikat Islam yang diserukan itu sendiri, karena orang yang tidak paham tidak mungkin bisa memahamkan orang lain, dan bisa jadi malah merusak pemahaman itu sendiri, membuat umat makin parah sakit pemahamannya seperti realita yang ada.
Anehkan bila orang-orang mengaku muslim dan mengaku iman kepada Al Qur’an sebagai petunjuk, tapi realita mereka kebalikan dari itu dimana UUD dan undang-undang buatan lainnya lah yang menjadi pedoman dan rujukan serta berjanji setia kepadanya… Mereka tak menyadari bahwa itu membatalkan keislaman mereka… kenapa? Karena banyak penceramah dan para kiyai kondang tidak mempermasalahkan hal itu dan tidak mengingkarinya padahal mereka ahli agama dan ahli Al Qur’an!!!
Para pewaris Nabi yang mendakwahkan tauhid Al haq dalam kondisi negeri dan penguasa semacam sekarang ini adalah orang-orang tertindas yang selalu diliputi kekhawatiran dan ketakutan dari tindakan buruk para penguasa thaghut, karena dakwah tauhid itu bertolak belakang dengan yang dianut penguasa dan barisannya yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, persis seperti rasa takut yang dialami kaum muslimin di negeri fir’aun dan kaum muslimin di kota Mekkah saat awal Islam:
فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلاَّ ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَن يَفْتِنَهُمْ
“Maka tidak beriman kepada Musa kecuali keturunan dari kaumnya diatas rasa takut dari fir’aun dan para pembesar mereka dari menindas mereka.” [Yunus: 83]
وَاذْكُرُواْ إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌ مُّسْتَضْعَفُونَ فِي الأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ
“Dan ingatlah saat dahulu kalian berjumlah sedikit lagi tertindas di bumi seraya kalian takut dari diculik oleh manusia….” [Al Anfal: 26]
Karena dakwah tauhid adalah dakwah yang menolak ketuhanan para thaghut dan hukumnya, yang menghidupkan umat dan menggerakkan ghirah keislaman mereka dalam ketundukkan kepada hukum Allah dan penolakan selain hukum-Nya. Bukan dakwah yang menidurkan dan membius umat untuk tetap pasrah menerima ketuhanan para pewaris sistim fir’aun….
Marilah kita bersama-sama menyadarkan pemahaman umat ini, tapi bila tidak mampu maka janganlah membuat pengkaburan dien ini….
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada penutup para Nabi, keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir zaman…. Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘Alamin….
Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman