BEIRUT (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Libanon Najib Mikati mengatakan pada Senin (1/11/2021) bahwa dia mendesak menteri informasi George Kordahi untuk memprioritaskan kepentingan nasional di tengah krisis dengan Teluk tetapi dia tidak mengindahkan seruannya.
Mikati berkata: “Kami menghadapi lereng yang menurun dan jika kami tidak menghindarinya, kami akan berakhir di tempat yang tidak diinginkan siapa pun,” TV al-Mayadeen yang berbasis di Beirut mengutip pernyataan Mikati, seperti dilansir Al Arabiya.
PM menambahkan bahwa dia mendesak Kordahi untuk “memprioritaskan rasa patriotiknya di atas segalanya” untuk menyelesaikan pertikaian diplomatik saat ini dengan Teluk, tetapi Kordahi tidak mengindahkan permintaannya.
Kordahi memicu krisis diplomatik dengan negara-negara Teluk karena komentarnya tentang Arab Saudi dan keterlibatan UEA dalam perang Yaman. Dia mengatakan Houtsi yang didukung Iran “membela diri mereka sendiri melawan agresi asing [oleh Koalisi Arab]” selama wawancara yang ditayangkan pada 5 Agustus.
Kordahi mengatakan pada ahad (31/10) bahwa pengunduran dirinya “tidak mungkin”, bersikeras bahwa komentarnya adalah pandangan pribadinya yang dibuat sebelum dia menjadi anggota kabinet.
Arab Saudi mengusir utusan Libanon dari negara itu dan melarang semua impor Libanon. Bahrain dan Kuwait mengikutinya, dan UEA menarik diplomatnya dari Beirut dan melarang warganya bepergian ke Libanon.
Mikati telah mencoba menahan dampak diplomatik sejak awal dengan menolak komentar Kordahi dan menekankan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan kebijakan pemerintah.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan kepada Al Arabiya pada Ahad bahwa krisis itu lebih besar daripada pernyataan Kordahi, dan bahwa krisis utama adalah pengaruh “Hizbullah” yang berkembang dalam politik Libanon.
(haninmazaya/arrahmah.com)