WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pentagon telah menawarkan pembayaran belasungkawa kepada keluarga 10 warga sipil yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS yang gagal di Afghanistan pada Agustus selama hari-hari terakhir sebelum pasukan Amerika menarik diri dari negara itu.
Departemen Pertahanan AS mengatakan telah membuat komitmen yang termasuk menawarkan “pembayaran belasungkawa ex-gratia”, selain bekerja dengan Departemen Luar Negeri AS untuk mendukung anggota keluarga yang tertarik untuk relokasi ke Amerika Serikat.
Colin Kahl, wakil menteri pertahanan AS untuk kebijakan, mengadakan pertemuan virtual pada Kamis (14/10/2021) dengan Steven Kwon, pendiri dan presiden Nutrition & Education International, organisasi bantuan yang mempekerjakan Zemari Ahmadi, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak 29 Agustus. , Sekretaris Pers Pentagon John Kirby mengatakan Jumat malam (16/10).
Ahmadi dan lainnya yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak itu adalah korban tak bersalah dan tidak berafiliasi dengan IS di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K) atau ancaman terhadap pasukan AS, kata Kirby.
Serangan pesawat tak berawak di Kabul menewaskan sebanyak 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak.
Sebelumnya, Pentagon menyatakan bahwa serangan 29 Agustus menargetkan seorang pembom bunuh diri ISKP yang merupakan ancaman bagi pasukan pimpinan AS di bandara saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan mereka dari Afghanistan.
Namun, laporan lain tak lama kemudian muncul mengungkapkan bahwa serangan di lingkungan barat Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul telah menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak.
Video dari tempat kejadian menunjukkan puing-puing mobil berserakan di sekitar halaman sebuah gedung. Pentagon kemudian mengatakan serangan itu adalah “kesalahan tragis”.
Serangan itu terjadi tiga hari setelah seorang pembom bunuh diri ISKP menewaskan 13 tentara AS dan puluhan warga sipil Afghanistan yang telah berkerumun di luar gerbang bandara, yang putus asa untuk mengamankan kursi pada penerbangan evakuasi, setelah pasukan Afghanistan yang dilatih AS mencair dan Taliban merebut kekuasaan di ibukota pada pertengahan Agustus.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah meminta maaf atas serangan yang gagal itu. Namun, keponakan Ahmadi yang berusia 22 tahun, Farshad Haidari, mengatakan itu tidak cukup.
“Mereka harus datang ke sini dan meminta maaf kepada kami secara langsung,” katanya kepada kantor berita AFP di sebuah rumah sederhana yang dibom di Kwaja Burga, lingkungan padat penduduk di Kabul.
Haidari, yang saudara laki-lakinya Naser dan sepupu mudanya juga tewas dalam ledakan itu, mengatakan pada 18 September bahwa AS tidak melakukan kontak langsung dengan keluarga tersebut.
Pembunuhan warga sipil juga menimbulkan pertanyaan tentang masa depan serangan pesawat tak berawak AS di Afghanistan. (Althaf/arrahmah.com)