KASHMIR (Arrahmah.com) – Diduga serangan kelompok perlawanan Kashmir telah menewaskan lima tentara pendudukan India di Kashmir yang diduduki India dalam insiden paling mematikan sejak Februari, kata seorang juru bicara tentara India.
“Satu JCO (junior commissioned officer) dan empat tentara tewas dalam operasi pencarian yang kemungkinan dilakukan oleh penyusup. Operasi sedang berlangsung,” kata Kolonel Devender Anand, Senin (11/10/2021), lansir Al Jazeera.
Penembakan terjadi di celah gunung dekat Line of Control (LoC) yang membagi wilayah Himalaya yang disengketakan antara India dan Pakistan.
Penembakan itu adalah serangan paling mematikan terhadap pasukan militer di daerah itu sejak gencatan senjata antara India dan Pakistan di sepanjang perbatasan de facto diumumkan pada Februari.
Wilayah Kashmir secara keseluruhan diklaim oleh India dan Pakistan, yang telah mengatur sebagiannya sejak kemerdekaan mereka pada tahun 1947.
Selama lebih dari tiga dekade, kelompok perlawanan telah memerangi tentara pendudukan India, menuntut kemerdekaan bagi Kashmir atau penggabungannya dengan Pakistan yang mayoritas Muslim.
Puluhan ribu warga sipil, tentara dan pejuang telah tewas dalam pertempuran itu. India menuduh Pakistan mendukung para pejuang, tetapi Islamabad membantah tuduhan itu.
Wilayah ini telah menjadi sasaran serangan legislatif sejak Agustus 2019, dengan ketegangan melonjak setelah New Delhi menghapus semi-otonomi Kashmir, menerapkan undang-undang baru dan membatalkan yang lain.
Serentetan pembunuhan
Ketegangan kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir dengan serentetan penembakan terhadap warga sipil, termasuk dua guru pekan lalu, di daerah itu.
Tujuh warga sipil ditembak mati dalam enam hari di pekan lalu, termasuk dua guru pada Kamis, memicu kemarahan publik di Kashmir dan di seluruh negeri. Politisi dari semua pihak mengutuk pembunuhan itu.
Hampir 500 warga yang dituduh memiliki hubungan dengan kelompok agama dan perlawanan yang dilarang, ditahan di seluruh wilayah yang disengketakan setelah penembakan itu, kata seorang perwira polisi senior kepada kantor berita AFP dengan syarat anonim pada Ahad (10/10).
“Tidak ada batu yang terlewatkan untuk menemukan para pembunuh,” tambah petugas itu.
Seorang perwira tinggi intelijen anti-terorisme dikirim oleh New Delhi ke wilayah tersebut untuk memimpin penyelidikan.
Pihak berwenang mengatakan setidaknya 29 warga sipil, termasuk pekerja dari partai politik pro-India, telah ditembak mati di Kashmir yang dikelola India sepanjang tahun ini.
Kedua guru itu, yang ditembak oleh orang-orang bersenjata di sebuah sekolah yang dikelola pemerintah, berasal dari komunitas Sikh dan Hindu yang merupakan minoritas di wilayah mayoritas Muslim itu.
Sebuah kelompok pemberontak yang relatif baru, Front Perlawanan, telah mengklaim bertanggung jawab dan menuduh mereka yang terbunuh bekerja untuk “pasukan tentara bayaran penjajah dan antek penjajah”.
Pernyataan yang hanya dikeluarkan dalam bahasa Inggris itu beredar di beberapa grup WhatsApp dan tidak dapat diverifikasi secara independen.
Pembunuhan itu telah menimbulkan ketakutan di kalangan minoritas Kashmir yang dikelola India, dengan media lokal melaporkan bahwa banyak yang melarikan diri dari wilayah tersebut.
Pada Sabtu, Human Rights Watch menyerukan agar para tersangka pelaku serta pasukan keamanan India yang dituduh melakukan pelanggaran termasuk pelecehan, penyiksaan dan pembunuhan di luar proses hukum untuk dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka.
“Warga Kashmir terjebak dalam kekerasan tanpa akhir dari serangan oleh militan dan pelanggaran oleh otoritas pemerintah dan pasukan keamanan,” kata direktur HRW Asia Selatan Meenakshi Ganguly dalam sebuah pernyataan. (haninmazaya/arrahmah.com)