KAWARDHA (Arrahmah.com) – Bentrokan pecah antara umat Islam dan warga Hindu radikal di Chhattisgarh, Kawardha, India dalam 48 jam terakhir. Seorang pejabat senior polisi mengatakan bahwa lebih dari 59 orang telah ditahan dan orang-orang yang ada dalam video insiden tersebut sedang diperiksa.
Dilansir Indian Express (5/10/2021), pertengkaran dimulai akibat ada perang penurunan bendera; bendera safron (Hindu) dan bendera hijau (Islam).
Akibatnya, pertengkaran ini meledak menjadi vandalisme dan pengrusakan secara luas berbagai properti di distrik Kabirdham Chhattisgarh.
Diperkirakan 3.000 massa Hindu radikal menolak jam malam yang diterapkan aparat India. Mereka malah berbaris dengan membawa pedang dan senjata lainnya di jalanan kota Kawadha.
Sambil meneriakkan slogan Jai Shri Ram, massa Hindu radikal kemudian menyerang rumah dan kendaraan milik umat Islam, dan melempari polisi dengan batu. Lebih dari selusin warga sipil dan personel polisi terluka dalam kekerasan tersebut.
Menurut penduduk lokal di distrik Kabirdham, mereka belum pernah melihat ketegangan komunal semacam ini dalam beberapa dekade terakhir.
“Semua nampaknya dimulai akibat dari perkelahian dua kelompok pada hari Ahad. Seorang penulis sejarah lokal bernama Durgesh Dewangan terlibat pertengkaran dengan beberapa pria Muslim,” kata Mahant Kashyap, yang tinggal di daerah Lohara naka, Kawadha.
“Beberapa jam kemudian, beberapa pria Hindu radikal menyerang masjid, menurunkan bendera hijau dan dekorasi berwarna hijau yang digantung di sepanjang jalan. Sebagai pembalasan, kelompok muslim menurunkan bendera safron dan menginjak-injaknya,” tambah Kashyap.
Pada hari Senin (4/10), pemerintah distrik sempat mengadakan pertemuan perdamaian yang mengundang anggota semua komunitas. Namun pertemuan itu gagal meredakan ketegangan.
Mengantisipasi ketegangan, aparat keamanan memberlakukan jam malam di kota pada hari Selasa, dan lebih dari 5.000 personel polisi negara bagian dikerahkan di jalan-jalan untuk menjaga pintu masuk dan keluar kota.
Himanshu Kashyap (14) korban yang terkena lemparan batu mengatakan: “Saya sedang membeli bahan makanan dan terjebak di antara kerumunan. Orang-orang Hindu berbau alkohol membawa tongkat dan pedang. Saya melarikan diri tapi sebuah batu bata menghantam wajah saya.”
“Saya ditarik dari kendaraan saya dan dipukuli. Ketika darah saya sudah banyak mereka meninggalkan saya. Polisi ada tapi tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya melambaikan tongkat mereka dan mencoba mengusir orang-orang bersenjata itu,” ungkap Shoaib Akhtar (54), salah satu korban lain yang terkena serangan.
Menurut polisi, para pemimpin kelompok Hindu radikal VHP dan BJP telah menjanjikan protes damai, tetapi setelah massa menjadi tidak terkendali, mereka mengklaim bahwa mereka tidak dapat mengendalikan semua orang. Sebagian besar pemimpin itu kemudian meninggalkan markas mereka karena takut akan tindakan hukum. (hanoum/arrahmah.com)