PARIS (Arrahmah.com) – Menteri Dalam Negeri Prancis Gérald Darmanin mengatakan kepada surat kabar Le Figaro, sepertiga dari 89 tempat ibadah yang diduga radikal telah diselidiki sejak November 2020. Enam yang akan ditutup tersebar di lima departemen di seluruh Prancis.
Darmanin menekankan dinas keamanan Prancis telah meningkatkan pengawasan mereka dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari perjuangan melawan separatisme. Selain itu, pihak berwenang juga membubarkan penerbit Islam Nawa serta Liga Pertahanan Afrika Hitam (LDNA) yang mengorganisir demonstrasi menentang kekerasan polisi pada Juni tahun lalu di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Paris.
Dilansir RFI, Kamis (30/9), Darmanin menuduh Nawa yang berbasis di kota Ariege, Prancis selatan, telah menghasut pemusnahan orang-orang Yahudi. Dia mengatakan LDNA mendukung kebencian dan diskriminasi.
Darmanin menambahkan akan ada pembubaran 10 asosiasi lain. Pada September, Dewan Negara Prancis menyetujui keputusan pemerintah membubarkan Demonstrasi Anti-Islamofobia di asosiasi Prancis dan Kota Baraka.
Sebelumnya, dua organisasi Muslim, BarakaCity dan Collective against Islamophobia in France (CCIF) ditutup pada akhir 2020 setelah kasus pembunuhan guru Samuel Paty yang tidak ada hubungannya dengan organisasi mana pun. Pada Jumat lalu Conseil d’Etat memutuskan mendukung Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin yang menuduh kedua organisasi itu menghasut kebencian dan berada di balik propaganda Islam.
Darmanin menutup dua organisasi itu di bawah kode keamanan dalam negeri yang memungkinkan membubarkan kelompok-kelompok lain yang dianggap memprovokasi tindakan terorisme. Keputusan pembubaran organisasi Islam ia gambarkan sebagai suatu langkah penting dalam perjuangan melawan ideologi Islam.
(fath/Arrahmah.com)