WASHINGTON (Arrahmah.com) – Kepala Komando Pusat Amerika Serikat (AS) Jenderal Kenneth F. McKenzie Jr. mengumumkan bahwa dalam serangan pesawat tak berawak di Kabul pada 29 Agustus lalu telah menyebabkan tewasnya 10 korban sipil. Dia membetulkan tidak ada anggota militan Islamic State Khurasan Province (ISKP).
“Kami menilai bahwa tidak mungkin kendaraan dan mereka yang tewas terkait dengan ISKP atau ancaman langsung terhadap pasukan AS,” kata McKenzie tentang serangan udara itu dalam sebuah press conference, seperti dikutip dari Fox News (18/9/2021).
“Itu adalah kesalahan dan saya menyampaikan permintaan maaf saya yang tulus,” kata Mckenzie, seraya menambahkan bahwa dia bertanggung jawab penuh atas serangan itu.
Serangan pesawat tak berawak, yang dimaksudkan untuk menargetkan anggota ISKP, mengakibatkan kematian seorang pekerja bantuan dan sembilan anggota keluarganya, termasuk tujuh anak-anak.
Menurut pejabat AS, serangan itu terjadi sebagai bentuk balas dendam setelah sebuah bom bunuh diri di bandara Kabul menewaskan 13 anggota militer AS.
“Atas nama pria dan wanita Departemen Pertahanan, saya menyampaikan belasungkawa yang terdalam kepada anggota keluarga yang masih hidup dari mereka yang terbunuh, termasuk Tuan Ahmadi, serta lembaga kemanusia Nutrition and Education International, tempat Tuan Ahmadi bekerja,” Menteri Pertahanan Lloyd J. Austin III mengatakan dalam sebuah pernyataan panjang tentang temuan penyelidikan.
“Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan ISKP. Bahwa kegiatannya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini akan kami hadapi. Tuan Ahmadi juga tidak bersalah. Ia adalah korban seperti yang lainnya,” tambahnya.
“Kami meminta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan yang mengerikan ini,” tambah Austin.
Serangan pesawat tak berawak, sebagaimana diklasifikasikan oleh Mckenzie sebagai “kesalahan tragis,” sebelumnya dipuji sebagai “serangan benar” oleh Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan.
“Dalam situasi ancaman tinggi, para komandan di lapangan memiliki otoritas yang tepat dan memiliki kepastian yang masuk akal bahwa target itu valid. Namun setelah analisis pasca serangan yang mendalam, kesimpulan kami adalah bahwa yang terbunuh adalah warga sipil,” kata Milley, Jumat (17/9). “Ini adalah tragedi perang yang mengerikan dan menyayat hati dan kami berkomitmen untuk sepenuhnya transparan tentang insiden ini.” (hanoum/arrahmah.com)