JAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Care For Humanity (ACT) meluncurkan Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia, Rabu (15/9/2021).
Program ini akan membantu para dai terdampak pandemi Covid-19.
Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, mengatakan para dai tidak pernah memberikan tarif ketika ingin mengisi sebuah acara keagamaan dan juga tidak pernah untuk meminta kebutuhannya terpenuhi, sebab mereka mempunyai Iffah (harga diri) akan tetapi kitalah yang memperhatikan kebutuhan para dai agar tidak berhenti untuk memberikan dakwah kepada masyarakat.
KH. Cholil mengkhawatirkan dengan keadaan pandemi saat ini banyak yang mengalami krisis ekonomi belum lagi di tambah dengan tanggungan keluarga istri dan anak lalu jangan sampai keadaan seperti ini mengubah para dai untuk semata-mata mencari uang agar terpenuhi kehidupannya.
“Hal seperti ini sering kali di lakukan teman-teman saya yang dai agama yang memiliki keahlian dalam bidang membaca Alquran mereka memilih untuk berhenti berdakwah sebab mereka mengalami kesulitan dalam hal ekonomi. Dan hal ini sekaligus menjadi dakwah bilhal dalam artian secara nyata kami membantu dai agar terus berdakwah,” jelasnya.
KH Cholil mengajak masyarakat atau lembaga lainya bisa membantu hal ini dengan, berinfak atau sedekah yang nanti akan di kelola Lembaga ACT yang bekerja sama dengan majelis taklim, masjid, dan pondok pesantren.
“Di sinilah menyatakan orang Indonesia itu dermawan mari kita kelola bersama agar dana ini sampai kepada orang yang benar-benar membutuhkan dan yang berhak,” kata dia.
Menurut KH Cholil, ACT adalah lembaga yang bisa dipercayai memiliki jaringan yang dimaksimalkan untuk membantu kalangan ulama orang-orang yang berdakwah, dan hal ini harus dibatasi dalam arti tidak membantu ulama yang kaya dan mampu.
“Maka dari itu ACT juga memiliki kriteria dai yang harus di bantu seperti apa. Kriteria dai yang harus di bantu adalah fakir dan miskin terlebih lagi harus seorang dai tidak terlepas dari itu saja bahkan guru ngaji dan imam-imam sholat rawatib yang kesulitan dalam ekonominya harus di bantu,” ujar KH Cholil.
KH Cholil juga menyampaikan terimakasih kepada ACT yang telah memuliakan para dai sebab memang sebaik-baiknya ucapan dan ungkapan dalam hidup ini adalah berdakwah.
President ACT, Ahyudin, mengatakan ACT dan MUI bekerja sama dalam program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia.
Sebab, lanjutnya, ulama adalah orang yang harus kita muliakan adalah pewaris para nabi.
Dia mengungkapkan, ada beberapa program yang sudah berjalan pada Rabu (15/9) yang berhubungan dengan kebutuhan dai, makanannya, kendaraan, dan tempat tinggal.
“Dari tahap awal ini kami akan memberikan kepada 1.000 dai pertama yang mendapatkan dana sebesar 1juta/bulan, dana ini menjadi harapan kami agar bisa mengurangi beban hidup para dai yang selama ini membantu menguatkan spiritual masyarakat,” jelasnya.
Dia menjelaskan, pada saat ini pihaknya sedang memperhatikan pemberian makanan poko untuk para dai berupa beras dan sembako yang lainya. Hal ini tidak lain yaitu agar para dai tidak berhenti dalam berdakwah.
”Kami berikhtiar dalam membantu kebutuhan-kebutuhan untuk kendaraan, sebab masih banyak para dai yang membutuhkan kendaraan untuk berdakwah terutama dai yang berada di pedalaman,” ujarnya.
Dia mengatakan program ini sudah berjalan pada hari Rabu (15/9) yang di mulai dari Se-Jabodetabek, dan secepatnya program ini akan meluas atas kerja sama dengan MUI
Dia mengatakan ACT dan MUI mengajak kepada semua lembaga dan masyarakat mau berkolaborasi membantu dan mendukung dan memastikan program yang sedang dijalankan berjalan dengan baik.
Hadir dalam peluncuran program ini, sejumlah pimpinan harian MUI antara lain Sekjen MUI Amirsyah Tambunan, Ketua MUI KH Sodikun, dan Ketua MUI Dr Lukmanul Hakim. Hadir dalam kegiatan ini para dai penerima simbolis bantuan. Kegiatan ini didukung Global Wakaf, Indonesia Darmawan, dan Wakaf Tunai.Id.
(ameera/arrahmah.com)