DARAA (Arrahmah.com) – Kelompok perlawanan Suriah mulai meninggalkan provinsi selatan Daraa pada Selasa (24/8/2021) sebagai bagian dari gencatan senjata yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran terburuk di wilayah itu dalam beberapa tahun terakhir, kata seorang pemantau perang.
Sebelumnya Daraa direbut kembali oleh rezim Suriah pada 2018 tetapi tidak lama muncul lagi perlawanan dari daerah yang dianggap sebagai pusat perlawanan Suriah itu.
Bentrokan bersenjata antara kedua belah pihak muncul lagi sejak akhir Juli lalu.
Namun pada Selasa, tampaknya pihak-pihak yang bertikai telah menyetujui kesepakatan untuk berdamai.
Pihak kelompok perlawanan Suriah nampak menaiki bus-bus warna hijau yang disiapkan rezim Suriah untuk membawa anggota perlawanan ke Suriah utara, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris, dilansir The Defence Post (25/8).
Surat kabar pro rezim, al Watan, juga melaporkan dimulainya evakuasi dan implementasi perjanjian gencatan senjata.
Sebelumnya pada Selasa, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa 38.600 pengungsi internal terdaftar di dan sekitar Daraa, dengan sebagian besar telah melarikan diri dari Daraa al Balad.
“Ini termasuk hampir 15.000 wanita, lebih dari 3.200 pria dan orang tua dan lebih dari 20.400 anak-anak,” kata OCHA.
SOHR mengatakan bahwa pasukan pemerintah membatasi masuknya barang ke Daraa al Balad, di mana dikatakan 40.000 orang masih tinggal.
“Mereka hidup di bawah pengepungan dengan keluarga yang menghadapi kekurangan makanan, layanan medis, air minum, listrik, dan internet,” kata SOHR.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen pada Selasa memperingatkan Dewan Keamanan akan kebutuhan mendesak terkait bantuan kemanusiaan.
“Kami mengulangi seruan kami pada semua pihak untuk segera mengakhiri kekerasan,” katanya.
“Akses kemanusiaan segera, aman, dan tanpa hambatan diperlukan untuk semua daerah dan komunitas yang terkena dampak, termasuk Daraa al Balad.” (hanoum/arrahmah.com)