BAGHDAD (Arrahmah.com) – Pemimpin milisi Syiah Irak yang didukung Iran telah bersumpah untuk membalas Amerika atas kematian empat anak buahnya dalam serangan udara AS di sepanjang perbatasan Irak-Suriah bulan lalu, dengan mengatakan itu akan menjadi operasi militer yang akan dibicarakan semua orang.
Abu Alaa al-Walae, komandan Kataib Sayyid al-Shuhada, mengatakan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The Associated Press di Baghdad bahwa kemenangan Ebrahim Raisi sebagai presiden akan memperkuat kelompok-kelompok militan yang didukung Iran di seluruh Timur Tengah selama empat tahun ke depan.
Al-Walae, yang jarang memberikan wawancara kepada organisasi media asing, berbicara kepada AP pada Senin (5/7/2021) di sebuah kantor di lingkungan Baghdad di sepanjang Sungai Tigris.
Pada 27 Juni, pesawat Angkatan Udara AS melakukan serangan udara di dekat perbatasan Irak-Suriah terhadap apa yang dikatakan Pentagon sebagai fasilitas yang digunakan oleh kelompok milisi yang didukung Iran untuk mendukung serangan pesawat tak berawak di Irak. Empat anggota milisi tewas.
Pasukan Mobilisasi Populer, sebuah payung dari sebagian besar milisi Syiah – termasuk yang menjadi sasaran serangan AS – yang disetujui negara Irak, mengatakan orang-orang mereka sedang dalam misi untuk mencegah infiltrasi oleh kelompok ISIS dan menyangkal keberadaan gudang senjata.
Pasukan AS di Suriah timur diserang roket sehari setelah serangan udara, tanpa korban yang dilaporkan.
AS menyalahkan milisi yang didukung Iran atas serangan—kebanyakan serangan roket—yang menargetkan kehadiran Amerika di Baghdad dan pangkalan militer di seluruh Irak. Baru-baru ini, serangan menjadi lebih canggih, dimana militan menggunakan drone.
Pejabat militer AS semakin khawatir atas serangan pesawat tak berawak yang menargetkan pangkalan militer AS di Irak, yang lebih sering terjadi sejak drone AS membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani di dekat bandara Baghdad tahun lalu. Pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis juga tewas dalam serangan itu. Serangan itu memicu kemarahan sebagian besar anggota parlemen Syiah Irak dan mendorong parlemen untuk mengeluarkan resolusi yang tidak mengikat untuk menekan pemerintah Irak agar mengusir pasukan asing dari negara itu.
Pada pertengahan April, sebuah pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak menargetkan salah satu bagian bandara militer internasional di Irbil, di wilayah utara Irak yang dikuasai Kurdi, tidak menyebabkan korban atau kerusakan. Pangkalan itu juga menampung pasukan Amerika.
Para pejabat AS mengatakan milisi yang didukung Iran telah melakukan setidaknya lima serangan pesawat tak berawak sejak April.
Setelah tengah malam pada Senin (5/7), sebuah pesawat tak berawak ditembak jatuh di dekat kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad. Tidak ada korban jiwa. Dua pejabat militer AS mengatakan pesawat tak berawak itu diluncurkan oleh proksi Iran, menambahkan bahwa itu dipersenjatai dengan bahan peledak dan berkeliaran di pangkalan koalisi pimpinan AS di Baghdad. (haninmazaya/arrahmah.com)