DUSHANBE (Arrahmah.com) – Tak kurang dari seribu personel keamanan Afghanistan melarikan diri ke perbatasan Tajikistan pada Ahad (4/7/2021). Hal itu terjadi saat pejuang Imarah Islam Afghanistan (Taliban) mulai menguasai wilayah utara Afghanistan pasca-penarikan personel tentara Amerika Serikat (AS) dari negara tersebut.
Taliban mengambil alih enam distrik utama di provinsi utara Badakshan yang berbatasan dengan Cina dan Tajikistan. Setelah hal itu terjadi, sebanyak 1.037 prajurit Afghanistan dilaporkan melarikan diri melintasi perbatasan dengan izin Tajikistan.
Seorang pejabat senior Afghanistan mengonfirmasi tentang adanya pasukan yang melarikan diri ke perbatasan Tajikistan. Namun ia mengklaim jumlahnya hanya ratusan dan tak tahu angka pastinya.
“Taliban memotong semua jalan, dan orang-orang ini tidak punya tempat untuk pergi selain menyeberangi perbatasan,” ucapnya pada Senin (5/7) seperti dilansir Reuters.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon membahas perkembangan tersebut via telepon. Rakhmon mengutarakan keprihatinan tentang adanya “penyeberangan paksa” oleh anggota pasukan keamanan Afghanistan.
“Perhatian khusus diberikan kepada eskalasi situasi di wilayah utara Afghanistan yang berdekatan dengan Tajikistan,” kata kantor kepresidenan Tajikistan dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, telah terdapat ratusan anggota pasukan keamanan Afghanistan yang melarikan diri dari wilayah utara negara tersebut. Hal itu sehubungan dengan keagresifan Taliban dalam merebut daerah-daerah di sana. Namun jumlah pasukan keamanan yang kabur pada Ahad lalu merupakan terbesar yang dikonfirmasi.
Peristiwa kaburnya lebih dari seribu pasukan Afghanistan ke Tajikistan terjadi dua hari setelah AS secara resmi mengosongkan pangkalan utamanya di negara tersebut. Pada Februari tahun lalu, AS dan Taliban menyepakati perjanjian damai.
Salah satu poin dalam kesepakatan adalah Taliban menghendaki semua pasukan asing, termasuk AS dan sekutu NATO-nya, hengkang dari Afghanistan. Jika hal itu tak dilakukan, mereka enggan memulai negosiasi perdamaian intra-Afghanistan.
AS pun berkomitmen menarik seluruh pasukannya dalam 14 bulan, terhitung sejak perjanjian damai disepakati. Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menyoroti tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Menurutnya, hal itu menimbulkan beberapa dampak, termasuk terhadap keberadaan pangkalan militer Rusia di Tajikistan.
“Pasukan Amerika ditarik dari Afghanistan. Ini sangat dekat dengan kami, kami memiliki pangkalan militer di Tajikistan. Bagaimana kami akan membangun hubungan di daerah ini, bagaimana kami akan memastikan keamanan di kawasan ini, itu adalah masalah praktis yang sangat penting,” kata Putin saat berbicara di Moskow pada 17 Juni lalu, dikutip laman Anadolu Agency.
Putin mengonfirmasi bahwa isu tersebut menjadi salah satu topik pembicaraannya dengan Presiden AS Joe Biden di Jenewa, Swiss, 16 Juni lalu. Pada pertengahan Juni lalu, perundingan damai antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban dilanjutkan di Doha, Qatar. Itu menjadi pertemuan perdana sejak pembicaraan terhenti April lalu.
Terhentinya perundingan damai Afghanistan pada April lalu terjadi karena Taliban menolak berpartisipasi dalam pertemuan puncak yang membahas masa depan Afghanistan. Kegiatan itu digelar di Turki. Konflik Afghanistan dengan Taliban telah berlangsung selama dua dekade, yakni sejak 2001. Peperang tersebut diperkirakan telah memakan setidaknya 47.600 korban jiwa. (hanoum/arrahmah.com)