Oleh: USTADZ IRFAN S. AWWAS
(Arrahmah.com) – Amma ba’du! Patutlah kita bersyukur kepada Allah Swt yang telah memilih kita menjadi orang Islam. Salah satu karunia paling agung yang Allah anugerahkan kepada umat Islam adalah: Ia menurunkan kitab terbaik, Al-Quránul Karim. Kemudian mengutus manusia terbaik sebagai Rasulullah, dan menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, yang memerintahkan kebajikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah.
Selain itu, Allah menjamin untuk menjaga agama Islam. Agama yang Ia ridhai. Allah menjamin mereka dalam mengemban risalah tauhid ini dan berjihad untuk menegakkan Syariat Islam, agar kalimat Allah menjadi tinggi dan kalimat orang-orang kafir berada di bawah.
Selanjutnya, kita sampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah diutus Allah sebagai uswah hasanah (tauladan hidup terbaik) bagi manusia. Sebagai manusia tauladan, terdapat empat karakter yang melekat pada diri beliau, sekaligus mencerminkan bahwa Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan Allah yang maksum. Yaitu, Shidiq (jujur), Amanah (terpercaya), Tabligh (menyampaikan), Fathanah (cerdas).
Oleh karena itu, kita ridha Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah Swt. Maka marilah kita bertaqwa agar kita menjadi makhluk yang paling mulia di sisi Allah, diampuni dosa-dosa kita, dan diberi-Nya jalan keluar terhadap problem kehidupan yang kita hadapi. Allah Swt berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Siapa saja yang taat kepada Allah dan bertauhid, pasti Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari segala kesulitan.” (Qs. Ath-Thalaq [65]:2)
Dan kita doákan saudara kita yang tidak bisa hadir dalam ibadah Jum’at hari ini, karena sakit, baik karena virus corona atau penyakit lainnya, atau karena udzur syar’i lainnya. Semoga Allah sembuhkan penyakitnya, diampuni kesalahannya, dan diterima amal ibadahnya. Amin…
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kejujuran merupakan karakter orang-orang yang beriman pada Kitab Suci Al-Qurán. Lawan dari kata jujur adalah bohong. Bohong atau dusta adalah sifat buruk yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena kebohongan merupakan induk dari berbagai macam perkara buruk yang tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain.
Kebiasaan orang-orang kafir dahulu dan juga sekarang, suka membalikkan kenyataan. Orang jujur disebut pembohong, sebaliknya orang bohong disebut jujur, seperti tersebut dalam firman Allah Swt:
اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ
“Orang yang membuat kebohongan itu sebenarnya adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Al-Qur’an, dan sebenarnya merekalah yang pendusta.” (QS An-Nahl (16) : 105)
Ayat ini menyanggah tuduhan orang-orang kafir yang mengatakan ahwa Al-Quran adalah ciptaan Muhammad. Sesungguhnya yang membuat-buat kebohongan itu bukan Rasul ﷺ, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat kauniyah yang menjelaskan keesaan dan kekuasaan Allah yang terdapat pada alam semesta ini, maupun ayat-ayat Qur’aniyah yang memberi petunjuk dalam kehidupan ini.
Jadi, bohong adalah budaya orang kafir dan munafik. Bukan kebiasaan Rasul, karena beliau adalah orang yang paling jujur, sempurna ilmu dan amal perbuatannya, kuat keyakinan, dan paling terpercaya. Karena kejujuran dan kebersihan jiwanya, ia diberi nama al-Amin (orang yang jujur).
Agama Islam sangat mencela orang yang suka berdusta dan menyalahi janjinya. Firman Allah Swt,
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
“Sungguh amat besar murka Allah terhadap kalian karena tidak melakukan perbuatan baik yang telah kalian katakan itu.” (QS. Ash-Shaff (61: 3)
Dalam ayat ini, Allah Swt peringatkan, betapa besar dosa orang yang mengatakan sesuatu, tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya. Hal ini berlaku, baik dalam pandangan agama maupun dalam persepsi masyarakat. Menepati janji merupakan konsekuensi iman yang benar dan akhlak yang mulia. Sebaliknya, perbuatan menyalahi janji merupakan tanda munafik serta tingkah laku yang jelek.
Rasulullah Saw berwasiat agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat pembohong. Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi orang yang tidak jujur.
Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh seorang sahabat, “Mungkinkah seorang Mukmin itu pengecut?”
“Mungkin,” jawab Rasulullah.
“Mungkinkah seorang Mukmin itu bakhil (kikir)?”
“Mungkin,” jawab Rasulullah lagi.
“Mungkinkah seorang Mukmin itu pembohong?”
Kini Rasulullah menjawab, “Tidak.”
Syeikh Sayid Sabiq, penulis Kitab Fiqhus Sunnah, ketika menukil hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi ini menjelaskan bahwa, iman dan kebiasaan berbohong tidak bisa berkumpul dalam hati seorang Mukmin.
Tidak ada manusia yang mau dan suka dibohongi. Perasaan marah, kecewa, sedih, hingga hilangnya kepercayaan kepada orang yang suka bohong pasti kita rasakan. Bahkan para pembohong sendiri tidak suka dibohongi, karena dampak buruk yang ditimbulkannya.
Wakil Presiden I RI, Mohammad Hatta mengatakan, “Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun bohong atau idak jujur sulit diperbaiki”.
Tidak jujur menurut Bung Hatta adalah sifat yang sulit diperbaiki. Bahkan, lebih buruk daripada kurang cerdas dan kurang cakap.
Apabila seseorang terbiasa dan mengulang-ulang kebohongan hingga mendapat julukan berat sebagai The King Of Lip Service, istilah yang akhir-akhir ini sedang jadi tranding topic di negara kita, maka ia tidak berhak mendapat predikat sebagai mu’min. Karena bohong bukan karakter pengikut Nabi Muhammad Saw.
Di antara tipe manusia yang sangat dibenci oleh Allah, hingga Allah memberikan hukuman sangat keras, seperti dijelaskan dalam hadis Nabi Saw adalah : raja atau presiden atau kepala negara atau pejabat pemerintah yang suka membohongi rakyatnya. Dalam hadis Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda :
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ
Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak Allah sucikan, tidak Allah lihat, dan bagi mereka siksa yang menyakitkan, yaitu : orang tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang sombong. (HR. Ahmad 10227, Muslim 107, dan al-Baghawi 3591).
Kita berlindung kepada Allah dari karakter buruk dan tercela ini. Imam Al Mawardi pun mengungkapkan dalam kitab Adabu Dunya Waddin: “Kebohongan adalah sumber dan akar dari segala kejahatan dan kejelekan karena dampak buruk dan keji yang ditimbulkannya.”
Jika pemimpin negara, atau pejabat pemerintah berbohong, maka yang terjadi adalah keresahan yang hebat dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga timbullah rasa saling membenci antar sesama hanya karena beda persepsi. Apabila perbuatan tersebut sudah merajalela ke dalam tubuh rakyat, maka hilanglah rasa senang dan keakraban di kalangan masyarakat. Harmonisasi sosial antara masyarakat menjadi terganggu.
Hingga saat ini, banyak hal yang menjadi masalah di negara kita berawal dari kebohongan. Seperti korupsi, termasuk kasus covid 19. Sudah berapa banyak pasien meninggal dunia dicovidkan padahal dia tidak terpapar virus corona, seakan bangsa ini telah kehilangan rasa kemanusiaannya.
Berbohong adalah pangkal dari berbagai kejahatan dan penyakit yang berbahaya dalam kehidupan individu dan sosial. Sudah sering terjadi, pemenang Pilpres atau Pilkada, tiba-tiba jadi pihak yang kalah karena adanya kebohongan dalam penghitungan suara, atau saksi berbohong terkait hasil Pemilu. Adanya rekayasa kebohongan, sudah banyak ulama, kyai, atau intelektual yang ditangkap penguasa karena tuduhan bohong, misalnya tuduhan radikal, anti Pancasila, atau melawan pemerintah.
Tuduhan radikal terhadap ulama, kyai, ustadz yang mengkritisi kebohongan penguasa, dan berdakwah untuk tegaknya syariat Islam, yang berujung pada Islamofobia, sama artinya dengan Indonesiafobia (membenci Indonesia). Karena Islamofobia bertentangan dengan konstitusi NKRI yang berdasarkan Ketuhanan YME.
Dalam sebuah video yang membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengikuti pemimpin yang suka berbohong, Prof. Dr. Quraisy Shihab mengatakan bahwa jika ada pemimpin berbohong kemudian pengikutnya percaya, maka para pengikut yang percaya tersebut juga terkena siksa. “Kenapa? Karena dia percaya kebohongannya, sehingga dia mengikutinya,” ujarnya.
Jangan kira, kata beliau, ketika mengikuti seorang pemimpin yang sudah diketahui bahwa dia berbohong, lalu pengikut pemimpin tersebut akan bisa terlepas dari tangung jawab? Tidak! Pengikutnya tidak bisa terlepas dari tanggung jawab karena ia lah yang sebenarnya ikut mengukuhkan kebohongan tersebut.
“Karena mengukuhkan seorang pemimpin, yang Anda anggap salah, memberikan dia kekuatan untuk tetap memimpin dan kekuatan itu bersumber dari anda yang mendukungnya, sehingga Anda ikut mengukuhkan kedurhakaan dan kebohongannya itu,” kata Quraish Shihab.
Dari Umar bin Khathab, Nabi Saw bersabda: “Maukah kalian aku beritahu pemimpin kalian yang terbaik dan pemimpin kalian yang terburuk?
وشِرَارُ أَئمَّتِكُم الَّذينَ تُبْغِضُونَهُم ويُبْغِضُونَكُمْ، وتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian. Kalian mendoakan kebaikan kepada mereka, dan mereka pun mendoakan kebaikan kepada kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka juga melaknat kalian.” (HR Muslim).
Oleh karena itu, Indonesia harus diselamatkan dari kejahatan akibat kebohongan, dengan menghentikan budaya bohong, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Jujurlah dengan kebenaran, laksanakan perintah Allah dan jauhi larangan-Nya, serta tinggalkan pemimpin negara yang bohong dan ingkar janji. Semoga Allah berkenan menyelamatkan bangsa Indonesia dan menurunkan rahmat-Nya bagi orang jujur dan melaknat siapapun yang suka bohong. Aamiin Ya Mujaibassailin.
Yogyakarta, Jumát 2/7/2021
(*/arrahmah.com)