OUAGADOUGOU (Arrahmah.com) – Sekelompok anak laki-laki dilaporkan melakukan serangan yang merenggut sedikitnya 138 nyawa di desa timur laut Solhan, kata juru bicara pemerintah Ousseni Tamboura.
“Para penyerang kebanyakan adalah anak-anak berusia antara 12 dan 14 tahun,” katanya kepada wartawan pekan ini, seperti dikutip dari The Washington Post (25/6/2021).
Pengumuman itu muncul ketika 10 persen sekolah di Burkina Faso telah ditutup karena meningkatnya rasa tidak aman.
Sekolah ditutup secara nasional dari Maret hingga Juni tahun lalu karena pandemi dan banyak siswa tidak pernah kembali.
Lebih dari 300.000 anak di negara itu kini telah kehilangan akses ke pendidikan, menurut PBB.
Pada tahun 2020 saja, diperkirakan 3.270 anak direkrut ke dalam kelompok bersenjata di Afrika tengah dan Barat, menurut temuan PBB.
Jumlah tersebut menyumbang lebih dari sepertiga tentara anak yang didokumentasikan di dunia.
“Kami khawatir dengan kehadiran anak-anak dalam kelompok bersenjata,” kata Sandra Lattouf, perwakilan Unicef untuk Burkina Faso, dalam sebuah pernyataan, Kamis (24/6).
“Selama hidup di antara aktor bersenjata, anak-anak mengalami bentuk kekerasan yang tidak masuk akal termasuk kekerasan fisik dan seksual atau pengalaman traumatis tingkat tinggi,” ungkapnya.
Pemerintah tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang anak-anak yang terlibat dalam konflik Burkina Faso. Tidak jelas kelompok mana yang melancarkan serangan.
“Dari kesaksian para sandera, dilaporkan bahwa para penculik masih berusia muda, umumnya mereka berusia belasan tahun ke atas.” kata Héni Nsaibia, peneliti senior di Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED).
Kabar bahwa anak remaja berada di balik pembantaian Solhan mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh negara yang berpenduduk sekitar 20 juta itu. (hanoum/arrahmah.com)