OVIEDO (Arrahmah.com) – Younes Bilal (37) ditembak hingga tewas oleh seorang mantan perwira militer saat menghabiskan waktu bersama teman-temannya di sebuah kafe di kota Mazarron pada hari Ahad (13/6/2021), lansir Anadolu Agency (17/6).
Saksi mata mengatakan tersangka nampak berdebat dengan seorang pelayan di kafe karena terlalu banyak waktu berbicara dengan Bilal. Tak lama dia kemudian menyerang secara verbal dan menggunakan bahasa yang melecehkan muslim.
Tak terima agamanya dilecehkan, Bilal berdiri dari tempat duduknya untuk menghadapi pria itu, memintanya untuk menghormati pelayan dan Muslim.
Setelah itu, mantan perwira militer itu diduga pulang ke rumah, berganti pakaian, mengambil pistol, dan kembali ke kafe.
“Tanpa mengatakan apa-apa, dia berdiri di depan Bilal, mengarahkan senjatanya ke arahnya setelah melepaskan tembakan ke udara, dan berkata: “Mari kita lihat apakah Anda memiliki keberanian untuk berdiri sekarang,'” ungkap anggota keluarga Bilal.
“Younes berdiri dan pria itu menembaknya tiga kali di dada,” tambahnya.
Istri dan anaknya yang ada di dekatnya terkejut melihat tubuh Bilal yang kemudian jatuh ke tanah.
Pelaku melarikan diri dari tempat kejadian, tetapi kemudian dapat ditangkap oleh kepolisian setempat.
Keesokan harinya, istri Bilal, Andrea, memimpin protes menyerukan keadilan dan mengutuk serangan rasis. Ratusan tetangga keluar untuk menunjukkan dukungan mereka. Pekan ini direncanakan akan ada aksi protes yang lebih besar.
Dukungan pun bermunculan di media sosial di bawah tagar #TodosSomosYounes, #MoroccanLivesMatter dan #JusticeForYounes.
Banyak pihak mengatakan bahwa kasus rasialis dan sentimen anti-Muslim seperti gunung es di Spanyol, khususnya di wilayah Murcia.
Pada bulan Februari lalu, para pelaku rasialis berusaha membakar sebuah masjid di kota San Javier di Murcian dan mengecat ‘Death to Islam’ di jendela-jendelanya.
“Situasi di sini semakin memburuk untuk waktu yang lama karena lebih banyak pekerja migran datang ke wilayah itu untuk bekerja di pertanian,” Juan Guirado, juru bicara kelompok anti-rasisme lokal Convivir Sin Racism, mengatakan kepada harian Spanyol El Diaro.
“Pembunuhan ini adalah puncak gunung es dari rasisme struktural,” cuit Antumi Toasije, presiden Dewan Penghapusan Diskriminasi Ras atau Etnis. (hanoum/arrahmah.com)