TRIPOLI (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez membuka kembali kedutaan negaranya di Libya setelah ditutup selama tujuh tahun karena perang, Anadolu Agency melaporkan pada Jumat (4/6/2021).
Sanchez bertemu dengan mitranya, Abdul Hamid Dbeibah, di kediaman perdana menteri di Tripoli di mana pasangan itu mengadakan konferensi pers setelah pertemuan antar-delegasi.
Perdana menteri Spanyol mengatakan negaranya mendukung upaya stabilisasi dan rekonsiliasi di Libya.
Sanchez mengumumkan bahwa Spanyol telah memulai layanan konsuler untuk mengeluarkan visa Schengen kepada warga Libya untuk berkontribusi dalam meningkatkan kerja sama dan memperkuat hubungan antara kedua negara.
Ia mengatakan didampingi sekelompok pengusaha Spanyol yang tertarik bekerja di bidang kesehatan, rekonstruksi, infrastruktur, energi terbarukan, pertanian, dan peternakan di Libya.
Sanchez juga mencatat bahwa masyarakat internasional mendukung pemilihan di Libya, yang dijadwalkan pada 24 Desember.
Dbeibah mengatakan cara untuk mengembangkan hubungan antara kedua negara dengan cara yang akan melayani kepentingan bersama dibahas dalam pertemuannya dengan Sanchez.
Dbeibah juga menyambut baik pembukaan kembali kedutaan dan upaya untuk membawa hubungan ke tingkat tertinggi setelah bertahun-tahun.
“Kami menilai langkah ini merupakan indikasi keseriusan Spanyol dalam meningkatkan hubungan bilateral,” katanya. “Kami menantikan langkah-langkah yang lebih positif dan dimulainya kembali lalu lintas udara antara kedua negara dan pelonggaran penerbitan visa untuk warga Libya.”
Dbeibah mengatakan bahwa selama pertemuan dengan delegasi Spanyol, mereka sepakat untuk mengaktifkan kembali Komisi Gabungan Libya-Spanyol untuk mengevaluasi semua perjanjian yang ditandatangani sebelumnya antara kedua negara dan untuk menentukan kemungkinan yang sudah tidak digunakan sejak 2008.
Libya baru-baru ini menyaksikan perkembangan positif menyusul terobosan di mana partai-partai saingan menyetujui otoritas eksekutif baru yang bersatu yang akan memerintah menjelang pemilihan nasional, pada 5 Februrari lalu.
Libya berharap pemerintah baru akan mengakhiri perang bertahun-tahun yang telah melanda negara itu sejak penggulingan dan pembunuhan orang kuat Muammar Qaddafi pada 2011. (haninmazaya/arrahmah.com)