(Arrahmah.com) – Nama beliau adalah Abu Ubaidah (Amir) bin ‘Abdillah bin Jarrah bin Hilal, Al-Fihri Al-Qurasyi Al-Makki.
Ibunya adalah Umamah binti Ghanm bin Jabir bin ‘Abdul ‘Uzza bin Amirah bin Umairah, ia sempat menjumpai Islam dan masuk Islam. Ayahnya adalah Abdullah bin Jarrah bin Hilal Al-Fihri, ia tetap dengan kemusyrikannya dan tidak beriman kepada Rasulullah, hingga wafat sebagai orang musyrik setelah dibunuh oleh putranya sendiri saat perang Badar.
Abu Ubaidah lahir tiga belas tahun setelah peristiwa Gajah. Ia lebih muda 13 tahun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keutamaan Abu Ubaidah bin Abdillah Al-Jarrah:
- Ia termasuk generasi pertama yang masuk Islam. Ia masuk Islam sebelum pertemuan di Darul Arqam.
- Abu Ubaidah turut berhijrah ke Habasyah, tetapi ia tidak lama tinggal di sana.
- Saat di Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan Abu Ubaidah dengan Sa’ad bin Muadz, menurut versi lain dengan Muhammad bin Maslamah.
- Saat berusia 41 tahun, Abu Ubaidah terlibat dalam perang Badar. Ia juga mengikuti perang Uhud. Ketika perang Uhud, dua gigi depannya tanggal dikarenakan ia mencabut dua rantai yang masuk melalui lubang kancing topi besi di wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena terkena tebasan.
- Abu Ubaidah tidak pernah absen dalam peperangan penting lainnya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Abu Ubaidah juga termasuk kalangan yang menghimpun (hafal) Al-Qur’an Al-‘Azhim.
- Abu Ubaidah sangat rendah hati dan berakhlak baik.
- Abu Ubaidah adalah utusan yang terpercaya.
- Abu Ubaidah wafat lantaran penyakit tha’un yang mewabah di Syam, dikenal dengan wabah amwas. Penyakitnya dikenal dengan penyakit pes, menyebar pada tahun 17 H.
Abu Ubaidah wafat pada tahun 18 Hijriyah, pada usia 58 tahun.
Abu Ubaidah hanya menikah dengan satu istri sepanjang hidupnya yaitu Hindun binti Jabir bin Wahab bin Dhibab bin Hujair bin Abd bin Ma’ish bin Amir bin Lu’ai. Ia memiliki dua anak yaitu Yazid dan Umair. Kedua anaknya meninggal dunia, sehingga Abu Ubaidah tidak memiliki keturunan.
Kisah Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya
Disebutkan dalam firman Allah,
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut, “Orang-orang beriman tidaklah mencintai orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka adalah kerabat dekat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:212)
Dalam ayat, yang dimaksud “walau itu bapak mereka” adalah kisah Abu ‘Ubaidah yang membunuh ayahnya saat Perang Badar. “Walau itu anaknya” yaitu kisah seorang putra yang bernama ‘Abdurrahman yang dibunuh oleh bapak kandungnya dalam peperangan. “Walau itu saudaranya” yaitu kisah Mush’ab bin ‘Umair sewaktu ia membunuh saudaranya, ‘Ubaid bin ‘Umair. “Walau itu kerabatnya” yaitu kisah ‘Umar yang membunuh keluarga dekatnya. Begitu pula kisah Hamzah, Ali, dan ‘Ubaidah bin Al-Harits yang membunuh kerabatnya, yaitu ‘Utbah, Syaibah, dan Al-Walid bin ‘Utbah. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:212-213)
Referensi:
Profil Keluarga 30 Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Dijamin Masuk Surga. Dr. Jasim Muhammad Badr. Penerbit Kiswah.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 6:699-701.
Artikel Rumasyho.Com
(*/Arrahmah.com)