QIRA (Arrahamah.com) – Cina menghancurkan banyak masjid di Xinjiang seiring kampenye menekan muslim etnis muslim Uighur di wilayah itu. Setidaknya ini tergambar dalam kunjungan Reuters ke Xinjiang selama Ramadhan tahun ini.
Masjid Jiaman di Kota Qira, Xinjiang, kini tersembunyi di balik tembok tinggi dan simbol-simbol propaganda Partai Komunis.
Tak ada tanda-tanda bangunan tersebut masih difungsikan layaknya tempat ibadah umat Islam.
Empat pria berpakaian sipil yang menjaga di sekitar lokasi mengatakan tidak ada lagi masjid di tempat itu.
“Tidak ada masjid di sini, tidak pernah ada masjid di lokasi ini,” kata salah satu pria, seraya menegaskan dilarang mengambil foto dan video, dikutip dari Reuters (13/5/2021).
Menara di empat sudut bangunan sebagaimana terlihat dalam foto satelit pada 2019 juga telah hilang. Sebuah kotak logam besar berdiri di tempat yang dulunya menjadi kubah utama.
Selama beberapa bulan terakhir, Cina meningkatkan kampanye di media pemerintah serta mengundang tur jurnalis untuk melawan kritikan kelompok hak asasi manusia (HAM) mengenai perlakuan terhadap muslim Uighur.
Para aktivis HAM dan mantan warga Xinjiang mengatakan ribuan masjid menjadi tempat tidak kekerasan yang menargetkan muslim etnis Uighur
Pejabat Cina maupun Xinjiang mengatakan tidak ada tempat ibadah keagamaan yang dihancurkan atau dibatasi secara paksa.
“Sebaliknya, kami mengambil berbagai tindakan untuk melindungi mereka,” kata Elijan Anayat, juru bicara pemerintah Xinjiang, mengenai kondisi masjid.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mengatakan beberapa masjid memang dihancurkan, sementara yang lainnya dikembangkan dan diperluas sebagai bagian dari revitalisasi perdesaan.
Dia mengklaim umat Islam tetap bisa menjalankan ibadah secara terbuka, di rumah maupun masjid. Soal pembatasan kepada jurnalis yang meliput di Xinjiang, Hua mengatakan para awak media harus berusaha lebih keras untuk bisa memenangkan kepercayaan dari rakyat Cina.
Para jurnalis termasuk Reuters mengunjungi lebih dari 20 masjid di tujuh kota Xinjiang dalam perjalanan selama 12 hari pada Ramadan.
Hasilnya, ada pemandangan kontras antara pernyataan pemerintah pusat yang mengaku melindungi masjid dan kebebasan beragama dan kenyataan di lapangan banyak bangunan masjid dihancurkan sebagian atau seluruhnya. (hanoum/arrahmah.com)