DUSHANBE (Arrahmah.com) – Tajikistan pada Senin (3/5/2021) mengatakan bentrokan perbatasan pekan lalu dengan Kirgistan telah menyebabkan beberapa orang tewas di pihaknya dalam pengakuan pertama akan adanya korban jiwa di pihak Tajik.
Pertempuran antara kedua negara Asia Tengah itu meletus Kamis lalu (29/4) yang menewaskan puluhan orang dan ribuan orang terlantar, tetapi gencatan senjata yang ditengahi pada hari yang sama menyebabkan penghentian secara bertahap pertempuran yang diadakan pada Senin (3/5).
Kantor kejaksaan di Tajikistan, negara otoriter tertutup yang sebagian besar tetap diam sejak pertempuran pecah, mengatakan pihaknya telah membuka penyelidikan kriminal terhadap anggota militer Kirgistan dan warga sipil bersenjata atas kekerasan tersebut.
Dikatakan sekitar 200 tentara dan warga sipil Kirgistan, yang mulai melempar batu, meningkatkan kerusuhan yang mengakibatkan baku tembak.
“Akibat serangan bersenjata itu, beberapa orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka, dan sejumlah besar rumah, instalasi perbatasan, situs lain, dan fasilitas infrastruktur hancur,” kata sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan jumlah yang tewas.
Bentrokan antara masyarakat atas tanah dan air di sepanjang perbatasan yang telah lama diperebutkan terjadi secara teratur, dengan penjaga perbatasan sering terlibat.
Tetapi kekerasan yang meletus pada Kamis (29/4) di wilayah Batken sejauh ini adalah yang paling serius selama 30 tahun kemerdekaan negara-negara bekas Soviet dan memicu kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas.
Kirgistan hari Senin (3/5) mengumumkan kematian seorang anak laki-laki berusia empat tahun dalam pertempuran itu sehingga korbannya menjadi 36 orang dengan 183 lainnya luka-luka.
Baik Rusia, yang mempertahankan pangkalan militer di negara itu, dan tetangganya Uzbekistan mengatakan mereka siap untuk menengahi. (Althaf/arrahmah.com)