KABUL (Arrahmah.com) – Lebih dari 100 personel pasukan Afghanistan telah tewas selama dua pekan terakhir di tengah gelombang serangan Taliban menyusul pengumuman Washington bahwa mereka yang akan menarik pasukannya sebelum 11September, kata para pejabat Afghanistan pada hari Kamis (29/4/2021).
Dikutip dari Reuters (29/4), pejabat senior Afghanistan mengatakan Taliban sedang unjuk kekuatan dan berusaha untuk mendapatkan wilayah ketika pasukan asing mundur.
Menurut klaim dua pejabat keamanan senior, sekitar 120 pasukan Afghanistan, 65 warga sipil, dan lebih dari 300 militan Taliban tewas dalam 15 hari terakhir pertempuran. Sisanya sekitar puluhan lainnya terluka dan sedang dalam perawatan.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian, mengatakan Taliban telah melakukan setidaknya enam bom bunuh diri dan beberapa pembunuhan terarah serta telah menanam 65 bom IED untuk menargetkan pasukan Afghanistan.
Dia menambahkan bahwa lebih dari 60 warga sipil telah tewas dan 180 luka-luka.
Lusinan militan Taliban, termasuk beberapa komandan, telah tewas selama operasi, klaim Arian menambahkan.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menolak klaim pemerintah bahwa kelompok itu telah menimbulkan korban sipil.
Zabihullah mengatakan bahwa kematian warga sipil disebabkan oleh operasi udara dan darat oleh pasukan Afghanistan.
Gedung Putih mengatakan pada Kamis (29/4) bahwa pasukan Amerika Serikat (AS) telah mulai menarik diri dari Afghanistan, mengonfirmasi komentar yang dibuat selama akhir pekan oleh seorang jenderal senior AS.
Sejak pengumuman Presiden AS, kekerasan telah meningkat hampir seperempat di seluruh negeri. Tercatat Taliban dilaporkan melakukan serangan di 21 dari 34 provinsi, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan.
“Kami sudah berada di tengah serangan musim semi tahunan Taliban, tetapi kami siap dan melakukan operasi kami,” kata seorang pejabat senior pemerintah, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Kepala intelijen Afghanistan Ahmad Zia Siraj mengatakan Taliban telah meningkatkan kekerasan “ke tingkat tertinggi” dalam beberapa hari terakhir.
Para pemimpin keamanan tinggi terbang ke provinsi tengah Ghazni pada hari Kamis untuk menilai situasi di tengah laporan dari militan Taliban yang berkumpul di daerah itu untuk menyerbu provinsi strategis tersebut.
Upaya perdamaian terhenti setelah Taliban dan pemerintah Afghanistan memulai pembicaraan di ibu kota Qatar, Doha tahun lalu.
Washington mendorong pertemuan puncak di Turki bulan ini tetapi ditunda karena Taliban menolak untuk berpartisipasi, dan belum ada tanggal baru yang ditetapkan. (hanoum/arrahmah.com)