BEIRUT (Arrahmah.com) – Libanon mengatakan pada Senin (26/4/2021) bahwa pihaknya berharap Arab Saudi akan mempertimbangkan kembali larangan produknya yang dikenakan atas apa yang disebut Riyadh peningkatan penyelundupan narkoba, dan menugaskan menteri dalam negeri untuk berkoordinasi dengan kerajaan untuk mengungkap pelakunya dan mencegah terulangnya tindakan kriminal tersebut.
Pemerintah juga meminta jaksa penuntut umum Libanon untuk melanjutkan penyelidikan tentang masalah tersebut dan memberi tahu para pejabat Saudi tentang hasilnya, kata pernyataan kepresidenan.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah pertemuan antara lain topik antara Presiden Michel Aoun dan sementara Perdana Menteri Hassan Diab.
Menyalahkan peningkatan penyelundupan narkoba, Arab Saudi mengumumkan larangan tersebut pada Jumat (23/4), sebuah tindakan yang akan menambah masalah ekonomi Libanon yang parah. Perdagangan buah dan sayuran bernilai $ 24 juta setiap tahun.
Libanon sedang dalam pergolakan krisis keuangan yang mendalam yang merupakan ancaman terbesar bagi stabilitasnya sejak perang saudara 1975-1990.
Aoun sebelumnya meminta pasukan keamanan Libanon untuk meningkatkan operasi melawan penyelundupan, sementara Diab mengatakan Libanon siap memerangi jaringan perdagangan manusia dengan Arab Saudi tetapi larangan itu tidak akan mencegahnya.
“Kami yakin bahwa Arab Saudi dan semua negara Teluk tahu betul bahwa larangan produk Libanon tidak akan menghentikan penyelundupan narkoba dan (bahwa) kerja sama di antara kami akan membantu menghentikan jaringan ini,” katanya.
Ada kekhawatiran bahwa larangan tersebut, yang mulai berlaku pada Minggu (25/4), akan menyebar ke negara-negara Teluk lainnya setelah Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Oman mengeluarkan pernyataan untuk mendukung keputusan Saudi tersebut. (Althaf/arrahmah.com)