BIMA (arrahmah.com) – Pondok Pesantren Umar bin Khattab (UBK) merilis pernyataan tentang insiden ledakan yang terjadi beberapa waktu lalu, membantah pemberitaan yang tidak objektif yang disebarkan oleh polisi dan media. Rilis tersebut mengatasnamakan Salman Al-Bimawy dari UBK Media, dan dikirimkan ke email redaksi Arrahmah.
Berikut rilis lengkapnya.
Dengan menyebut nama Alloh yang maha pengasih lagi maha penyayang
Segala pernyataan syukur hanyalah menjadi milik Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya dan semoga seluruh keluarganya dan para sahabatnya mendapat rahmat Allah.
Selanjutnya Allah berfirman pada surah Al Maidah ayat 51:
“Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman. Mereka itu menjadi teman satu dengan lainnya. Barang siapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai teman, maka dia termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”
Ini adalah sedikit tulisan yang akan menjelaskan dan menepis semua yang diberitakan oleh Media sekuler / yang lebih condong kepada kepolisian dan tidak obyektif dalam meliput berita kejadian yang terjadi di pondok pesantren Umar bin Khattab tepatnya di desa Sanolo, Kab.Bima, NTB.
Ikhwahfillah, sesungguhnya apa yang terjadi di pondok pesanren UBK tersebut semuannya murni kecelakaan bukan untuk menyerang anggota kepolisisan berikut penjelasannya.
Pertama, pondok pesantren Umar bin khattab merupakan salah satu pondok yang bermanhaj Dakwah wal jihad di Kab. Bima. Pondok ini sejak dulu hingga peristiwa kejadian yang menewaskan Ust. Firdaus (semoga Allah menerima beliau) merupaka target jasus-jasus (mata-mata, -red) dari kepolisian karena mereka mencurigai pondok ini merupakan sarang “terroris” sehingga hampir setiap hari kami selalu saja di mata-matai oleh puluhan intelejen lokal maupun dari luar Bima. Kami katakan dengan tegas bahwa semua yang dicurigai oleh aparat itu tidak benar dan hanya kecurigaan semata.
Kedua, mengapa pada pondok pesantren tersebut terdapat berbagai jenis senjata tajam, bom molotov dan bom rakitan yang akhirnnya meledak bukan pada tempatnya hingga menewaskan Ust. Firdaus?? Berikut pejelasannya:
-
Sebelum peristiwa ledakan yang menewaskan Ust. Firdaus (semoga Alloh menerima beliau) terjadi sebuah peristiwa yang menggemparkan dan membuat semua element pondok UBK kaget, kejadian tersebut adalah peristiwa penyerangan terhadap anggota kepolisian polsek bolo hingga menewaskan korban, setelah kejadian penyerang berhasil di tangkap di tempat. Penyerang yang merupakan MANTAN SANTRI (lulusan 2011) UBK mengatakan denga jujur saat diintrogasi oleh aparat menyatakan bahwa dia melakukan dengan inisiatif sendiri, bukan perintah dari siapapun, terlebih perintah dari element pondok UBK.
-
Setelah penangkapan terhadap penyerang terjadi, dan ditahan di Mapolres Kab. Bima tepatnnya di desa panda kecamatan pali belo. Kemudian tersebar kabar bahwa akan ada penyerangan terhadap pondok pesantren UBK yang akan dilakukan oleh keluarga mantan santri tersebut tentunnya semua ini tidak lepas dari arahan intelejen yang memang sudah sejak lama membenci pondok ini, sontak mendengar kabar itu semua orang yang berada di pondok kaget dan ingin mempersiapkan sesuatu untuk mengantisipasi serangan tersebut, karena pondok UBK terdiri atas santri yang berumur belasan tahun, anak-anak, serta akhwat. Untuk meminimalisir korban, serentak seluruh simpatisan pondok yang terdiri dari ikhwah-ikhwah lokal berkumpul di pondok UBK dengan tujuan untuk menjaga pondok dari kemungkinan serangan, serta seluruh santri di liburkan, namun ada sebagian yang tetap bertahan di pondok.
-
Keputusan pun di dapat, yaitu segala jenis senjata tajam yang dimiliki oleh ikhwah dan santri yang selama ini dipersiapkan karena perintah Alloh dalam Qs.08:60 untuk menghadapi kemungkinan serangan kaum kaffir dari pulau NTT yang mayoritas kristen terhadap kaum muslimin di Bima akhirnya dikumpulkan di pondok UBK dengan tujuan mengantisipasi serangan dari keluarga mantan santri tersebut, termasuk satu bom rakitan, molotov dan berbagai jenis senjata tajam, karena terdengar kabar bahwa snjata yang akan mereka gunakan untuk menyerang pondok adalah senjata api rakitan.
-
Tepat pada waktu ledakan terjadi yang menewaskan Ust. Firdaus (semoga Alloh memerima beliau) segala macam senjata tajam sudah terkumpul di pondok UBK, saat itulah polisi menurunkan seluruh anggotanya untuk menggeledah pondok UBK karena mereka mengira bahwa bom yang meledak itu ditujukan untuk mereka, kami katakan denga tegas TIDAK BENAR apa yang diperkirakan aparat.
-
Mengenai denah yang ditemukan oleh aparat menurut klaim mereka, kami katakan dengan tegas itu TIDAK BENAR toh jika memang kami berencana menyerang seluruh kantor polsek yang ada di bima, tentunnya kami akan mempersiapkannya dengan terstruktur tapi kami tidak memiliki niat untuk menyerang kantor Polsek terlebih tempat wisata yang di klaim aparat kepolisian, kami tidak ingin isti’jal dalam mengambil suatu amalan, buktinnya Ust. Abrori al Ayubi (semoga Alloh membebaskan beliau) menyerahkan diri dengan cara menginformasikan keberasaanya kepada aparat, itu merupakan bentuk tanggung jawab terhadap semua masalah yang terjadi, semua klaim itu merupakan strategi jasus untuk memojokan kami dan pondok kami tercinta. Sehingga timbul rasa takut masyarakat terhadap keberadaan pondok tersebut.
-
Mengenai bom pipa yang ditemukan di pegununga oleh aparat, itu merupakan kebohongan dan lagi-lagi srategi aparat untuk memojokan posisi kami yang tidak ingin dakwah kami tersebar di Bima, jelas-jelas bom pipa itu diletakan oleh aparat sendiri. Sehingga seolah-olah pihak pondok yang merakit dan menyembunyikanya.
-
Mengenai klaim polisi bahwa kami terkait denga JAT itu tidak benar, dan tidak bergabung bersama JAT, siapapun bisa membeli majalah JAT yang di temukan di pondok UBK tersebut karena terjual secara inklusif.
Demikian pernyataan kami mengenai pejelasan peristiwa yang terjadi menimpa pondok pesantren UBK semoga bermanfaat untuk kaum muslimin di Bima dan ikhwah muwahid pada khususnya dan dapat menjadi pelajaran untuk kita semua.
Bumi ribath, juli 2011/ sya’ban 1432 H
Salman al Bimawi
(fadly/arrahmah.com)