XINJIANG (Arrahmah.com) – Larangan berpuasa dan melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan yang diberlakukan oleh pemerintah Cina bagi penduduk Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang telah berkurang pada tahun ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh koreponden RFA yang berhasil mendapatkan informasi dari seorang petugas polisi di Toqquzaq, daerah Kona Sheher, Kashgar. Polisi tersebut menyatakan bahwa pembatasan berpuasa di wilayahnya telah “berkurang” sejak tahun 2020.
Petugas tersebut menjelaskan bahwa pertemuan menjelang Ramadhan selalu diadakan di kantor polisi, di mana pihak berwenang akan mengingatkan masyarakat untuk menjauhi “ekstremisme agama”.
Namun di tengah menyebarkan propaganda tersebut, para petugas juga memberitahu warga bahwa mereka dapat berpuasa jika mereka mau.
“Mereka mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka dapat berpuasa jika mereka mau karena ini Ramadhan, mereka bebas berpuasa atau tidak, dan mereka juga dapat mengamalkan ajaran agama pada kegiatan dan pertemuan keagamaan,” ujarnya, sebagaimana dilansir RFA pada Senin (19/4/2021).
Namun meski demikian, petugas polisi tersebut mencatat tidak ada satu orang pun yang berpuasa di wilayahnya, menunjukkan betapa Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya telah hidup di lingkungan yang penuh dengan tekanan dan ketakutan.
“Saya sama sekali tidak merasakan bahwa orang-orang berpuasa. Saya bahkan tidak menemukan satu orang pun yang saya rasa dia berpuasa,” ungkapnya.
“Banyak orang yang takut dengan kata ‘ekstremisme agama’, dan mereka khawatir akan dicap dan dianggap sebagai ekstremis (jika berpuasa),” pungkasnya.
Selama tiga tahun berturut-turut, Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang telah dilarang oleh pemerintah Cina untuk menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar, maka berbagai bentuk penyiksaan akan mereka dapatkan, termasuk diseret ke kamp penahanan yang tersebar di Xinjiang.
Pihak berwenang melarang para pegawai negeri, guru, serta murid berpuasa selama bulan Ramadhan. Mereka juga mengontrol akses ke masjid dan meminta restoran untuk tetap buka pada bulan Ramadhan.
Para pensiunan pegawai negeri yang berasal dari etnis Uighur bahkan dipaksa untuk berjanji tidak akan berpuasa atau melaksanakan shalat selama bulan Ramadhan, sebagai contoh bagi masyarakat luas untuk tidak berpuasa. (rafa/arrahmah.com)