(Arrahmah.com) – Sebagai muslim, kita tentu memiliki keyakinan bahwa Allah SWT akan selalu mengabulkan doa kita. Hal ini selaras dengan firman Allah di Al Quran pada surat Al-Mu’min ayat 60:
ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu
Namun ternyata, ada pula beberapa hal yang dapat menghalangi atau menghambat terkabulnya doa. Ada berbagai perspektif terkait hal tersebut. Syekh Khalid ibn Sulaiman menjelaskan empat faktor yang menyebabkan hal tersebut pada kitab Min ‘Ajaibid Du‘a, [Riyadh: Darul Qasim], 2002, jilid 1, hal. 10).
Pertama
Makanan, minuman, atau pakaian yang haram. Hal ini seperti sabda Rasulullah SAW:
Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak akan menerima kecuali yang baik-baik. Dan Allah juga memerintah orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan kepada para rasul, sebagaimana perintah-Nya ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,
(QS. Al-Mukminun [23]: 51)
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah,’
(QS. Al-Baqarah [2]: 172)
Kemudian, beliau menyebutkan seorang laki-laki yang lusuh dan kusut setelah menempuh perjalanan jauh, yang menengadahkan kedua tangannya ke langit, seraya berdoa, ‘Ya Rabb, ya Rabb,’ sedangkan makanan, minuman, dan pakaiannya haram. Sehingga ia diliputi perkara haram. Dengan begitu, bagaimana doa-doanya akan dikabulkan?” Demikian seperti yang diriwayatkan oleh Muslim.
Kedua
Tergesa-gesa dalam berdoa dan tidak konsisten dalam memanjatkannya. Ini juga disampaikan Rasulullah SAW melalui riwayat Abu Hurairah dan diriwayatkan oleh Muslim.
“Doa salah seorang kalian dikabulkan selama ia tak tergesa-gesa dalam doanya. Sehingga ia mengeluh, ‘Aku sudah berdoa, namun doaku tak dikabulkan.’”
Ketiga
Banyak kewajiban kepada Allah yang diabaikan dan merebaknya kemaksiatan. Di antara kewajiban tersebut adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Hal ini ditandaskan oleh riwayat Hudzaifah. Disampaikannya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, perintahlah yang makruf oleh kalian dan cegahlah yang munkar, atau Allah nyaris menurunkan siksaan kepada kalian karenanya (tidak amar makruf dan tidak nahyi munkar), sehingga kalian berdoa tidak dikabulkan
(HR At-Tirmidzi)
Keempat
Doa yang dipanjatkan mengandung dosa. Hal ini selaras dengan hal yang diingatkan oleh Rasulullah SAW melalui hadits Abu Sa‘id:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إثمٌ، وَلَا قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلَّا اسْتَجَابَ لَهُ فَهُوَ مِنْ دَعْوَتِهِ عَلَى إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا ، وَإِمَّا أَنْ تُدَّخَرَ (يُؤَخَّرَ) فِي الْآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يُدْفَعَ عَنْهُ مِنَ الْبَلَاءِ مِثْلُهَا
Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahim kecuali Dia akan mengabulkannya. Namun, posisi dia terhadap doanya tak terlepas dari tiga keadaan, baik doanya disegerakan pengabulannya di dunia, disimpan atau diakhirkan di akhirat, atau dipakai untuk menolak petaka yang akan menimpanya,
(HR Ath-Thabrani).
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa doa-doa yang terpanjatkan harus diiringi dengan kebaikan adab serta niat. Tidak dianjurkan memanjatkan doa sambil tergesa-gesa. Hal tersebut tentulah untuk kebaikan kita sebagai hamba-Nya.
Sumber: alhasanah.sch.id
(*/Arrahmah.com)