(Arrahmah.com) – Selama ini sebagian besar dari kita hanya mengenal dua cucu Rasulullah Hasan dan Husain Radhiyallahu Anhuma. Padahal masih ada beberapa cucu Rasulullah yang lain di antaranya adalah Umamah binti Abul Ash.
Dia adalah Umamah binti Abil Ash, putri Zainab binti Rasulullah. Kakeknya adalah Rasulullah, manusia paling mulia. Neneknya dari pihak ibu adalah Khadijah, salah satu wanita paling mulia dalam sejarah umat manusia. Ibunya adalah Zainab putri sulung Rasulullah. Bibinya adalah Fathimah, pemimpin para wanita di surga. Dan suami bibinya adalah Ali bin Abi Thalib. Dilihat dari nasabnya, jelaslah keutamaan yang dimilikinya. Sungguh beruntung menjadi keluarga Rasulullah dan hidup di sekitar orang-orang yang beriman kepada Allah Rabbul Alamin.
Namun, meskipun hidup di sekitar orang-orang yang dinaungi kemuliaan oleh Allah, hidup Umamah tidak selalu berjalan mulus. Banyak ujian yang dihadapinya. Di antara ujian itu adalah ayahnya, Abul Ash, tidak menerima dakwah Rasulullah dan menolak untuk masuk Islam.
Orang-orang musyrik Makkah bahkan meminta Abul Ash untuk menceraikan istrinya, Zainab karena Rasulullah telah membawa agama baru yang mencela agama nenek moyang mereka. Namun, Abul Ash mencintai istrinya. Ia tidak ingin menceraikannya.
Zainab, ibu Umamah, dirudung kesedihan mendalam ketika ibunya meninggal dunia. Kemudian kesedihannya makin bertambah ketika ayahnya, Rasulullah berhijrah ke Madinah sementara ia bersama Umamah tetap tinggal di Makkah bersama suaminya, Abul Ash.
Zainab baru bisa menyusul ke Madinah setelah Perang Badar. Abul Ash mengizinkannya untuk hijrah ke Madinah bersama putrinya. Sesampainya di Madinah Zainab menangis terharu karena dapat bertemu kembali dengan ayahnya dan saudari-saudarinya: Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah.
Umamahpun hidup dalam naungan Rasulullah. Beliau melimpahkan kasih sayang dan cintanya kepada cucu pertamanya itu. Umamah seringkali dibawanya ke masjid dan beliau mengimami kaum muslimin sambil menggendongnya.
Cinta Nabi Kepada Umamah
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa membawa Umamah ke masjid. Hal itu disaksikan oleh para sahabat beliau. Abu Qatadah bercerita, “Ketika kami sedang duduk di masjid, Rasulullah datang sambil menggendong Umamah binti Abil Ash bin Rabi’. Ibunya adalah Zainab binti Rasulullah. Waktu itu dia masih bayi, dan Rasulullah menggendongnya di atas bahu beliau. Ketika hendak ruku’ beliau meletakkannya, dan menggendongnya kembali ketika hendak berdiri. Terus begitu sampai beliau menyelesaikan shalatnya.”
Pernah, Rasulullah mendapatkan hadiah berupa kalung mutiara berlapis emas. Saat itu para istri Rasulullah sedang berkumpul dan juga ada Umamah yang sedang berlarian dan bermain tanah di sisi rumah.
Rasulullah lalu bersabda, “Demi Allah, aku akan memasangkannya di leher Ahli Bait yang paling aku cintai.” Istri-istri beliau merasa was-was menunggu kepada siapa Rasulullah akan memberikan kalung emas itu. Aisyah bahkan merasa dirinyalah yang akan mendapatkan kalung itu. Tapi, tak lama kemudian, Rasulullah datang membawa Umamah lalu memasangkan kalung itu di leher cucunya tersebut.
Ayahnya Masuk Islam
Kebahagiaan Umamah semakin bertambah ketika ayahnya, Abul Ash bin Rabi’ masuk Islam menyusul ibunya yang telah lebih dulu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Abul Ash masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah, tahun 8 Hijriah. Setelah masuk Islam, Rasulullah mengembalikan Zainab kepada suaminya dan hidup bahagia bersama dalam naungan Islam.
Umamah sangat gembira ketika bertemu kembali dengan ayahnya. Ia berlari ke arah sang ayah dan langsung dipeluknya dengan penuh kasih sayang. Rasulullah pun merasa bahagia melihat menantunya masuk Islam. Ia berangan-angan seandainya Khadijah masih hidup dan menyaksikan pemandangan bahagia itu.
Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama, pada tahun yang sama, Zainab meninggal dunia. Umamah akhirnya dirawat oleh bibinya, Fathimah. Di tahun 11 Hijriah, kakeknya, Rasulullah meninggal dunia. Dan enam bulan setelah kakeknya wafat, bibinya, Fathimah ikut menyusul kakeknya. Betapa tak terhingga kesedihan yang dirasakan Umamah. Kini, Umamah hanya ditemani sang ayah. Namun setahun berselang, pada tahun 12 Hijriah, Abul Ash juga meninggal dunia.
Sumber: Wahdah.or.id
(*/Arrahmah.com)