JAKARTA (Arrahmah.com) – Gerakan Pemuda Ansor membentuk Barisan Serba Guna Detasemen Khusus 99 sebagai salah satu upaya untuk membantu kepolisian dalam pencegahan “deradikalisasi” agama yang seringkali terjadi.
“Detasemen ini disiapkan khusus untuk menghadapi kelompok garis keras yang merongrong akidah `ahli sunnah wal jamaah` dan NKRI. Densus ini basisnya di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,” kata Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid dalam sambutannya di Upacara Apel Banser dan memperingati Harlah NU ke 85 di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Ahad (17/7/2011).
Banser Densus 99 tersebut dibentuk pada 24 April 2011 bertujuan untuk memberikan pencegahan dan edukasi kepada masyarakat agar tidak terprovokasi atas kelompok yang ingin membubarkan NKRI, merusak pancasila dan UUD 1945.
Densus tersebut memiliki 204 personel yang diklaim mempunyai kemampuan bela diri serta mempu menjinakkan bom.
Tak hanya itu, dalam upaya transformasi Banser, pihaknya juga membentuk Banser Lalu Lintas (Balalin) yang bertujuan membantu kepolisian dalam mengatur arus lalu lintas dan kemacetan yang kerap terjadi.
“Namun, para personel Banser ini tidak boleh melakukan tilang,” katanya di hadapan pasukan Banser seraya mengatakan pasukan ini diwakili oleh Banser dari Yogyakarta.
GP Ansor juga membentuk Banser untuk Laskar Pemadam Kebakaran (Balakar) untuk membantu petugas pemadam kebakaran dan warga guna mengatasi kasus kebakaran yang kerap terjadi.
Selain itu, kata Nusron, pihaknya juga membentuk Banser Tanggap Darurat (Bagana) yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang terkena bencana alam.
“Pasukan ini memiliki kemampuan dalam penanganan tanggap bencana. Kiprahnya sudah terbukti dalam penanganan bencana Merapi,” kata Nusron.
GP Ansor juga membentuk Banser pengamanan untuk memberikan pengamanan kegiatan-kegiatan GP Ansor dan Nahdlatul Ulama serta Banser Kepanduan yang memiliki kemampuan dalam pembinaan pemuda.
Densus 99 Banser NU untuk menagkal terror bom tersebut diproklamirkan pada peringatan Harlah NU ke-85. Dimana, para personelnya diwajibkan puasa 30-40 hari untuk mendapatkan kesaktian ilmu kebal petasan.
Usai apel Banser menjelang acara puncak Harlah ke-85 Nahdlatul Ulama di Gelora Bung Karno, Densus 99 NU menampilkan aksi pamer ilmu ‘kesaktian’ kebal petasan.
Pada sekujur tubuh empat personel Densus 99 Banser NU dililitkan rentengan ratusan petasan. Personel yang mengenakan kaos bertuliskan ‘Densus 99′ di punggungnya, bercelana hijau dan menyematkan slayer di kepalanya itu terlihat berdoa komat-kamit sebelum memamerkan ilmu kebalnya. Lalu duar… duarr… duarr, petasan di tubuh keempat pria itu pun meledak.
Sampai petasan terakhir meledak, keempatnya terlihat baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuh maupun baju yang terbakar. Aksi ini mendapat tepuk tangan orang-orang yang hadir.
Menurut Kepala Densus 99 Cirebon, Gus Nuruzzaman, Densus 99 akan dibentuk di setiap cabang Banser NU di seluruh Indonesia. Untuk saat ini, personel Banser NU ada 1.500 orang, sedangkan yang tergabung dalam Densus 99 baru 200 personel.
Menurutnya, untuk mendapatkan kesaktian ilmu kebal itu, para personel Densus 99 diwajibkan puasa 30-40 hari sebagai upaya melatih kekebalan.
Namun, Kadensus 99 Banser NU ini tak menjelaskan ayat maupun hadits yang dijadikan dasar untuk berpuasa 40 hari itu. Padahal puasa paling lama yang diajarkan Rasulullah SAW adalah puasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, tidak lebih!
Terlebih lagi Rasulullah, manusia paling mulia di sisi Allah pun ketika berperang juga berdarah-darah dan terluka, serta tidak pernah mencontohkan tentang adanya puasa untuk mendapatkan “ilmu kebal”. (dbs/arrahmah.com)