Oleh: Mas Andre Hariyanto, Founder Muslim Hijrah Movement
Marhaban Yaa Ramadhan….
Sahabat sekalian, tidak terasa yaa, Waktu sangat cepat berlalu, hari demi hari kita lewati, ternyata bulan penuh keberkahan, ampunan dan rahmat sudah diambang pintu, Masya Allah takbirr!! Selamat datang Ramadhan yang kita rindukan dan nantikan selalu. Hemm, Lalu apa yang telah kita persiapkan untuk menyambut kedatangan tamu yang agung, yang membawa kebaikan dunia dan akhirat?
Kita yakin Ramadhan pasti datang, akan tetapi tidak ada seorangpun dari kita yang yakin dan memastikan bahwa ia akan bertemu dengan Ramadhan, Kita hanya bisa berharap dan berdoa. Salah satu nikmat yang harus banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.
Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan. Sesuatu yang agung dan mulia membutuhkan persiapan yang cukup untuk menyambutnya, Persiapan disini bukan hanya dengan menunggu datangnya bulan Ramadhan. Tetapi persiapan disini adalah mempersiapkan bekal untuk bekal di bulan Ramadhan.
Maka diantara kiat menyambut kedatangan Ramadhan adalah :
Memperbanyak doa semoga Allah memuliakan kita semua bertemu dengan Ramadhan dalam keadaan sehat wal alfiat dan kita diberi pertolongan untuk melalukan ketaatan didalamnya. Dahulu para generasi salaf mereka sangat banyak berdoa untuk bersua dengan Ramadhan dan agar amalan mereka diterima oleh Allah.
Perbanyak taubat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.
Banyak memohon kemudahan dari Allah. Selain Taubat, kita juga harus pahami bahwa untuk mudah melakukan kebaikan di bulan Ramadhan, itu semua atas kemudahan dari Allah. Jika kita terus pasrahkan pada diri sendiri, maka ibadah akan menjadi sulit untuk dijalani. Karena diri ini sebenarnya begitu lemah. Oleh karena itu, hendaklah kita banyak bergantung dan tawakkal pada Allah dalam menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Terus memohon do’a pada Allah agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah baik shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, banyak berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur’an dan kebaikan lainnya.
Bekal ilmu
Ilmu tentang ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menguraikan tuntunan ibadah puasa hingga hari raya. Ilmu tentang hukum-hukum islam yang berkaitan dengan puasa, tarawih, zakat, dan lain sebagainya. Ilmu ini akan bisa kita peroleh dengan menyimak keterangan para ulama, karya-karya mereka, arahan dan nasihat mereka untuk menyambut dan menjalani ibadah di bulan mulia. Tujuan : agar ibadah kita membuahkan manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15).
Persiapan melatih membiasakan diri dengan memperbanyak amal.Rasulullah memberikan contoh kepada kita untuk senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut pausa. Aisyah pernah berkata, “Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari). Ibadah lain juga harus dipersiapkan seperti perbanyak tilawah, shalat malam, shalat fardhu bejamaah di masjid. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Sya’ban kadar keimanan kita sudah meningkat. Boleh diumpamakan bulan Sya’ban adalah masa warming up ( pemanasan ) sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu sudah menjadi hal yang biasa. Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan, “Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen. (*/arrahmah.com)