KAZAKHSTAN (Arrahmah.com) – Perkembangan baru-baru ini di Kazakhstan membuat banyak pengamat menggambarkan sesuatu yang agaknya membuat tidak senang pihak rezim Nazarbayev. Dan memang, setelah cukup lama dalam keadaan mati suri, Gerakan Islam di negara ini seperti mendapat momentum hari ini, lapor UmmaNews seperti yang dilansir Kavkaz Center.
Situasi semakin rumit. Kita secara logis dapat menarik kesimpulan ini jika kita mengingatkan diri kita sendiri akan kejadian-kejadian terakhir di sana : ledakan di beberapa gedung milik RPS (Komite Keamanan Nasional), peristiwa besar baru-baru ini di desa Shubarshi, kerusuhan di sebuah penjara di wilayah Karaganda yang diorganisir oleh tahanan Muslim.
Harus disebutkan, menurut media Barat, yang mengacu pada sumber-sumber di keamanan Kazakhstan, pemberontakan bersenjata di dalam penjara sebenarnya merupakan upaya untuk menentang rezim setelah peristiwa berdarah di desa Shubarshi.
Wilayah Aktiubinsk, Kazakhstan, merupakan salah satu wilayah ekonomi paling penting dan ketidakstabilan di sana dapat mempengaruhi rezim diktator Nazarbayev.
Menurut salah seorang pengamat asosiasi CBC, Marat Shibutov, wilayah ini merupakan pusat transportasi utama negara. Satu-satunya jalur kereta api yang ada, menghubungkan Kazakhstan dengan wilayah Barat dan pada saat yang sama tidak melewati wilayah negara lain.
Ada konsentrasi tinggi jaringan pipa gas dan minyak (hanya di Shubarshi, terdapat enam minyak utama dan gas). Ini adalah wilayah strategis dan presiden melarang jika ada kerusuhan serius dimulai di sana, menurut Shibutov.
Situasi semakin parah. Apa yang rezim Nazarbayev dapat lakukan yang terpenting adalah menguasai pikiran rakyat, meskipun tidak dapat mengendalikan segala sesuatu.
Seorang ilmuwan politik, Dosym Satpayev meyakini bahwa tidak ada yang disebut “Nazarbayevians” dapat kebal terhadap ancaman gerakan Islam. Ia menarik perhatian khusus pada fakta bahwa Kazakhstan merupakan tetangga dekat Imarah Kaukasus.
“Kazakhstan tidak kebal dari penyakit ‘terorisme’ dan ‘ekstrimisme’, terutama karena kita dikelilingi oleh negara yang telah lama mengidap penyakit ini,” ujar Satpayev.
Dia mengakui bahwa rezim telah kalah dalam perang ideologi dan tidak bisa menawarkan oposisi serius.
Pengamat politik Erlan Karin yakin bahwa aktivasi Jihad di Kazakhstan telah dimulai secara bertahap.
Tahap pertama terjadi di tahun 2000 di mana Mujahidin dari negara lain menemukan perlindungan di Kazakhstan.
Kemudian diamati bahwa partisipasi warga Kazakh dalam Jihad di negara tetangga sedang bangkit.
“Apa yang terjadi sekarang adalah tahap ketiga, ketika rumah-rumah ‘teroris’ telah muncul. Kita tidak bisa menjelaskan itu terjadi dengan menyalahkan para penceramah dari luar negeri yang datang dan merusak hati dan pikiran kaum muda kita. ‘Terorisme’ telah menjadi ancaman nyata bagi Kazakhstan,” klaim Karin.
Istilah “terorisme” sering digunakan oleh propaganda anti-Islam sebagai substitusi istilah Islam yang mendasar seperti Jihad. Islam itu sendiri telah dibagi oleh propaganda anti-Islam menjadi Islam toleran (tradisional) dan “ekstrimis” (teroris) Islam. (haninmazaya/arrahmah.com)