MALI (Arrahmah.com) – Tentara Mali mengatakan sedikitnya sembilan tentara tewas dan enam lainnya cedera menyusul penyergapan di pusat negara yang bergejolak itu.
Serangan itu terjadi sekitar pukul 6:15 pagi pada Rabu (3/2/2021) di dekat desa Boni di wilayah Mopti.
Seperti dilansir Al Jazeera (3/2), militer mengatakan pihaknya membalas dengan dukungan udara dari angkatan Barkhane Prancis dan angkatan udara Mali.
Juru bicara militer Kolonel Soulemane Dembele mengatakan sekitar 20 penyerang juga tewas dalam tanggapan pasukan.
Serangan di Mali meningkat lima kali lipat antara 2016 dan 2020. Tak kurang 4.000 orang tewas di tiga negara tahun lalu. Angka ini naik dari sekitar 770 pada 2016, menurut PBB.
Wilayah ini telah mengalami serangkaian serangan mematikan sejak awal tahun, termasuk bom pinggir jalan yang menewaskan empat penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa dari Pantai Gading.
Pasukan Prancis dan Mali juga telah melakukan misi bersama di daerah tersebut, yang disebut Operasi Gerhana. Menurut pernyataan tentara Mali pada 26 Januari, “100 teroris dinetralkan” dalam operasi tersebut.
Situasi keamanan yang memburuk telah menciptakan krisis kemanusiaan yang sangat besar di seluruh Sahel, menghancurkan ekonomi pertanian yang rapuh dan upaya bantuan yang tertatih-tatih. (Hanoum/Arrahmah.com)