KUTUPALONG (Arrahmah.com) – Kabar mengenai penahanan Aung Suu Kyi dan sejumlah tokoh politik pada Senin (1/2/2021) dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali ke kamp-kamp pengungsian di Bangladesh yang ditempati oleh Muslim Rohingya.
Ratusan ribu pengungsi Rohingya, yang terpaksa melarikan diri dari tanah kelahiran mereka demi menyelamatkan diri dari kebrutalan militer Myanmar, menyambut kabar tersebut dengan suka cita.
Sebagian pengungsi bahkan merayakan penangkapan Aung Suu Kyi. “Dia adalah alasan di balik semua penderitaan kami. Mengapa kami tidak merayakannya?” kata Farid Ullah, pemimpin di kamp Kutupalong, pemukiman pengungsi terbesar di dunia, kepada AFP pada Selasa (2/2).
Perayaan khusus untuk menyambut ‘keadilan’ yang diberikan kepada pemenang Nobel perdamaian itu, juga digelar di kamp Nayapara, ujar kata Mirza Ghalib.
“Jika otoritas kamp mengizinkan, Anda akan melihat ribuan Rohingya keluar dalam pawai perayaan,” katanya kepada AFP.
Mohammad Yusuf, seorang pemimpin di kamp Balukhali mengatakan, “Dia adalah harapan terakhir kami, tetapi dia mengabaikan penderitaan kami dan mendukung genosida terhadap Rohingya”.
Maung Kyaw Min, juru bicara Serikat Mahasiswa Rohingya mengatakan bahwa ada peningkatan harapan Muslim Rohingya dapat kembali ke desa mereka di Myanmar.
“Tidak seperti pemerintah terpilih, militer (pemerintah) ini akan membutuhkan dukungan internasional untuk bertahan. Jadi kami berharap mereka akan fokus pada masalah Rohingya untuk mengurangi tekanan internasional,” kata Kyaw Min.
Menurut data PBB, sebanyak 740.000 Muslim Rohingya terpaksa meninggalkan rumah mereka di negara bagian Rakhine, Myanmar dan melarikan diri ke negara tetangga setelah dimulainya operasi militer pada Agustus 2017.
Aung Suu Kyi merupakan pemimpin de facto negara pada saat itu dan dia membela militer Myanmar pada sidang pengadilan Kriminal Internasional, yang digelar pada tahun 2019, atas kekejaman terhadap Rohingya, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan. (rafa/arrahmah.com)