MALI (Arrahmah.com) – Setidaknya enam tentara Mali telah tewas dalam dua serangan “kompleks dan simultan” di pusat konflik Mali, menurut militer.
Serangan terkoordinasi tersebut terjadi sekitar pukul 3 pagi (03:00 GMT) pada Ahad (24/1/2021) di desa Boulkessi dan Mondoro di wilayah Mopti, dekat perbatasan negara dengan Burkina Faso, lansir Al Jazeera.
“Korban sementara adalah enam tewas dan 18 luka-luka” di kalangan tentara, kata militer dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa serangan itu memicu tanggapan militer yang menyebabkan “sekitar 30 orang tewas di pihak teroris”.
Sekitar 40 sepeda motor dan sejumlah besar perlengkapan militer disita dari para penyerang, tambahnya mengklaim.
Belum jelas siapa yang berada di balik serangan itu.
Krisis Mali dipicu pada 2012 ketika separatis etnis Taureg, yang bersekutu dengan pejuang yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, melancarkan pemberontakan yang menguasai utara Mali.
Selain itu kelompok ISIS juga muncul di wilayah tengah dan utara Mali, secara teratur melakukan penyerangan terhadap tentara dan warga sipil saat mereka memperebutkan kendali.
Pada September 2019, posisi tentara Mali diserang dalam salah satu serangan paling mematikan yang menghantam Mali sejak 2012, dengan sekitar 50 tentara tewas.
Serangan ganda itu kemudian diklaim oleh Kelompok Dukungan untuk Islam dan Muslim, aliansi utama di wilayah Sahel yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Pada Kamis, tiga tentara Mali lainnya tewas dalam ledakan bom di daerah Mondoro.
Mali telah menerima dukungan dalam perangnya melawan kelompok bersenjata dari pasukan Barkhane Prancis, yang berjumlah 5.100 tentara yang tersebar di wilayah Sahel yang gersang.
Selain Mali, pasukan Prancis telah memerangi kelompok bersenjata bersama tentara dari Mauritania, Chad, Burkina Faso dan Niger. (haninmazaya/arrahmah.com)