Jakarta (Arrahmah.com) – Anna Rudhiantiana Legawati, istri pengacara dan anggota DPR, Ruhut Sitompul melaporkan suaminya ke Mabes Polri terkait dugaan selingkuh dan pemalsuan data otentik suaminya. Anna juga mengeluhkan karena suaminya yang sudah 3,5 tahun tidak mengunjungi anaknya.
“Anak saya sudah 3,5 tahun tidak ditengok. Terakhir ditengok tahun 2008,” kata Anna, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Senin (11/7/2011).
Anna yang didampingi pengacaranya, Hotman Paris, melaporkan suaminya yang mengaku perjaka ketika menikah dengan wanita lain bernama Diana.
“Sehubungan dengan pernikahan dia (Ruhut) yang mengaku masih jejaka yang dulu dibilang kumpul kebo. Dia itu namanya Diana,” ujar Anna.
Anna mengatakan telah menikah dengan Ruhut pada tahun 1998, di Sydney, Australia. Namun tahun 2008, Ruhut menikah lagi dengan seorang wanita bernama Diana.
Sebelumnya perselingkuhan artis, pengacara kondang, yang saat ini menjadi politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul dengan Diana Lupita itu, sempat diungkapkan Anna ke publik pada Februari 2008.
Menurut istri sah Ruhut tersebut, suaminya sudah melangsungkan hubungan gelap (red: perzinahan) sejak 2007.
Saat itu, Anna membenarkan Diana Lupita yang masih berstatus sebagai istri orang dan mempunyai anak dua, sering bermesraan dengan Ruhut. Bahkan, Anna juga mengakui bahwa foto Ruhut mencium pipi Diana yang beredar di internet, berlokasi di Sidney, Australia.
Bukan itu saja, Ruhut juga membelikan mobil BMW seri 320i nopol B 307 DL dan kepergok hendak membelikan apartemen senilai Rp 3,4 miliar untuk Diana Lupita.
Menanggapi hal tersebut, Ruhut menyebut hal tersebut sebagai lagu lama.
“Itu lagu lama! Kalau aib orang ngapain kita buka-buka,” kata Ruhut usai menghadiri pembukaan simposium internasional Mahkamah Konstitusi di Istana Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (11/7).
Politisi tersebut menyatakan dirinya hanya menikah sekali. “Saya punya istri dan hanya nikah sekali,” kata Ruhut dengan suara tegas tanpa menyebut nama perempuan yang dia nikahi.
Beginilah wajah politikus kita yang kritis. Yang awalnya melecehkan poligami tapi melakukan perzinahan yang akhirnya ‘memaksanya’ untuk berpoligami pula. Gembar gembor membela hak-hak asasi manusia tetapi menzolimi keluarga sendiri. (dbs/arrahmah.com)