MOSKOW (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Rusia menegaskan bahwa Moskow menolak untuk mengizinkan Suriah digunakan sebagai arena konfrontasi antara “Israel” dan Iran, karena ketegangan terus meningkat di negara itu dengan serangan udara “Israel” terhadap sasaran Iran, dikutip Middle East Monitor, hari ini (21/1/2021).
Berbicara pada konferensi pers pada Senin (18/1), Sergey Lavrov meyakinkan “Israel” bahwa Rusia tidak akan membiarkan ancaman dan serangan diarahkan ke negara pendudukan dari Suriah.
“Rekan-rekan “Israel” kami yang terkasih,” papar Lavrov, “jika anda memiliki fakta bahwa negara anda menghadapi ancaman dari wilayah Suriah, segera laporkan fakta-fakta itu dan kami akan mengambil setiap tindakan untuk menetralkan ancaman tersebut.”
Jaminan Lavrov menyusul serangkaian serangan udara besar-besaran Zionis di situs militer Iran di Suriah. Israel telah menargetkan ini secara teratur selama beberapa tahun terakhir dalam upaya untuk mencegah penguatan kehadiran Iran di negara yang dilanda perang itu.
Menteri Luar Negeri Rusia itu menambahkan bahwa negaranya tidak akan “mengejar” militer AS keluar dari Suriah, juga tidak akan terlibat dalam permusuhan meskipun menentang kehadirannya. Pasukan AS sebagian besar berbasis di tenggara dan timur Suriah di mana mereka menjaga ladang minyak di provinsi Deir Ez-Zor.
Lavrov menegaskan bahwa meskipun Rusia tidak akan menyerang militer AS, ia tidak akan terlibat dalam dialog apa pun dengan Washington pada tingkat politik atau diplomatik yang berkaitan dengan Suriah.
“Kami memiliki kontak dengan Amerika Serikat melalui saluran militer,” jelasnya, “bukan karena kami mengakui keabsahan kehadiran mereka di Suriah, tetapi hanya karena mereka harus bertindak dalam kerangka aturan tertentu.”
Sementara Rusia mendukung rezim Suriah Presiden Bashar al-Assad dan AS sebagian besar mendukung milisi Kurdi di timur laut negara itu bersama dengan beberapa elemen oposisi, Iran juga telah menjadi pendukung utama Assad. Namun, Teheran sering dipandang sebagai ancaman bagi kepentingan dan pengaruh Moskow di negara itu.
Moskow dan Teheran telah dipandang sebagai pesaing untuk kepentingan jangka panjang dalam hal hubungan mereka dengan rezim Assad, taruhan ekonomi mereka di negara itu, dan keterlibatan militer mereka. Sementara keduanya telah membantu rezim secara militer selama perang saudara yang sedang berlangsung – Rusia dalam kekuatan udara dan tentara bayaran, dan Iran dalam pendanaannya untuk Damaskus dan penyebaran milisi Syiah – mereka telah mengembangkan strategi ekonomi yang berbeda di dalam negeri, terutama untuk pasca-konflik. (Althaf/arrahmah.com)