(Arrahmah.com) – Sebelum tulisan ini, kita telah membahas cara menghafal al-Quran yang mudah dan efektif dengan metode 3T+1M. Kali ini kita akan membahas hal apa saja yang perlu kita lakukan sembari kita menjalani proses tahfidz quran kita dapat semakin akrab dengan Al-Quran.
Mengapa kita perlu akrab dengan Al-Quran? Karena orang yang akrab dengan Al-Quran bisa disebut juga sebagai shahibul Quran. Secara harfiah berarti ‘sahabatnya Al-Quran’. Bukankah seseorang itu harus dekat dan akrab untuk dapat disebut sebagai seorang sahabat?
Orang yang menjadi shahibul Quran mendapatkan fadilah sebagaimana tercantum dalam hadits Rasulullah SAW berikut:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada Shahibul Quran (orang yang membaca/menghafalkan Al Qur’an) nanti: ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau mentartilnya di dunia. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914. Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohihah no. 2240 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Tentunya membaca dan menghafalkan, serta berulangkali mengulangi bacaan telah membuat kita dekat dengan al-Quran. Namun ada hal-hal lain lagi yang dapat membuat kita lebih dekat lagi dengan al-Quran. Mari kita ikuti bersama penjelasan di bawah ini.
Tafakkur dan tadabbur
Allah SWT berfirman:
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
“Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
Tafakkur dan tadabbur adalah gerbang bagi kita untuk mengambil hikmah dan pelajaran yang tersimpan di dalam Al-Quran baik secara terang-terangan maupun secara tersembuyi. Dengan sering bertafakkur dan tadabbur, kita akan semakin terpesona akan betapa indahnya pesan-pesan yang Allah SWT sampaikan kepada kita. Keimanan dan Ilmu kita akan bertambah. Dan akhlak kita semakin sesuai dengan aklaq al-Quran.
Belajar Tafsir
Bagi seorang yang sedang menjalani proses tahfidz al-Quran, belajar tafsir akan menguatkan pemahaman terhadap al-Quran sehingga menambah kecintaan pada al-Quran. Belajar tafsir yang paling ideal adalah dengan berguru secara khusus kepada Ustadz ahli tafsir. Jika memang itu tidak memungkinkan, hadirilah kajian-kajian tafsir yang diadakan secara rutin di masjid ataupun lembaga pendidikan terbaik yang terdekat dari kediaman anda.
Jika itu masih belum memungkinkan, bacalah buku tafsir. Dengan memperbanyak membaca kitab tafsir akan membantu kita untuk memahami lebih dalam kandungan makna dalam tiap ayat yang kita hafalkan.
Buku tafsir mana yang dapat kita baca secara berjenjang? Ustadz Ilham Habibullah, dosen Program Studi Ilmu Quran dan Tafsir Universitas Darussalam Gontor merekomendasikan agar kita membaca buku Ulum Al-Quran karya Manna Al-Qattan untuk mengetahui pemetaan buku-buku tafsir.
Mempelajari Bahasa Arab
Sungguh adalah sebuah kenikmatan jika kita berdiri untuk shalat, lalu kita memahami tiap bacaan yang dibaca atau imam. Saat ayat al-Quran menegaskan tentang larangan riba, kita teringatkan untuk menjauhi riba. Ketika Allah berbicara tentang pedihnya adzab di neraka, jiwa kita terhenyak dan tersadar. Saat kalam ilahi tersebut bertutur tentang keindahan dan kenikmatan surga, hati kita serasa adem dan tenang.
Maka tidak heran jika kita menyaksikan beberapa orang menangis saat membaca al-Quran, bahkan saat membaca al-Quran dalam shalat. Hal tersebut karena mereka memang memahami kandungan dari ayat yang dibaca.
Tentunya kunci untuk memahaminya adalah dengan mempelajari bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah sebuah bahasa yang akan selalu ada hingga hari kiamat. Mengapa? Karena Allah telah berjanji akan menjaga Al-Quran. Dan karena Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab, maka dengan demikian keberadaan bahasa Arab juga terjaga sebagaimana terjaganya Al-Quran.
Dalam surat Yusuf ayat 2, Allah SWT secara eksplisit menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab agar kita memahami dan mengerti.
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti.”
Kalimat ‘ta’qiluun’ dalam bahasa arab merupakan bentuk mudhari’ (present tense) dari ‘aqala (عقل) yang berarti “adraka haqaaiqu al-asyyaa’” (mengetahui hakekat sesuatu).
Dengan kata lain, diturunkannya al-Quran dengan bahasa Arab adalah agar kita benar-benar mengetahui dengan jelas dan terang hakekat dari apa yang Allah sampaikan kepada kita.
Belajar bahasa Arab juga memudahkan kita dalam mempelajari kitab tafsir langsung dari bahasa Arab. Tidak dapat dipungkiri, sebuah bahasa selalu memiliki keunikan dan kedalaman makna yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Terlebih lagi dalam bahasa Arab.
Pelajarilah bahasa Arab. Setidaknya pelajari dasar kata-katanya. Setelah pelajari dasarnya, tingkatkan hingga mempelajari nahwu dan sharafnya. Setelah itu, tingkatkan lagi dengan mempelajari balaghah-nya. Kemudian, tingkatkan lagi dengan menajamkan dzauq (sense) bahasa dengan melahap buku-buku berbahasa Arab.
Mendalami tahsin qiroah saat tahfidz Quran
Membaca, apalagi tahfidz Quran dengan bacaan yang benar (baik secara tajwid maupun makharijul huruf-nya) akan mencegah terjadinya kesalahan dalam memahami al-Quran. Karena kesalahan dalam membaca satu huruf saja, akan dapat mengubah arti hingga 180 derajat.
Misal sederhana, kata لا secara tajwid harus dibaca dengan mad thabii, yaitu sepanjang 2 harakat. dalam bahasa Arab, kata ini berarti ‘tidak’. Namun jika dibaca pendek, kata لَ justru merupakan sebuah penekanan yang berarti ‘sungguh’
Contoh lainnya, huruf ‘ain (ع) harus dibaca dengan makharijul huruf yang tepat. Jika tidak tepat, maka ia akan terdengar sebagai huruf hamzah (ء). Kata ‘aliim (عليم)akan berbeda sangat jauh artinya dengan aliim (أليم). Yang pertama berarti ‘Maha Mengetahui’, sementara yang kedua berarti ‘(adzab) yang pedih’
Mengamalkan kandungan al-Quran
Tentunya akan menjadi sebuah kerugian jika seorang yang telah menghafal serta memahami al-Quran namun tidak mengalkan isinya. Jangan sampai kita termasuk dalam golongan yang diibaratkan sebagai keledai dalam ayat ini:
مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS Al-Jumuah: 5)
Demikian 5 hal yang dapat kita lakukan agar saat kita menjalani tahfidz al-Quran kita dapat kian dekat dengan al-Quran dan semakin dicintai Allah SWT.
Sumber: Unida.gontor.ac.id / M. Taufiq Affandi
(*/Arrahmah.com)