JAKARTA (Arrahmah.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan korban longsor di Desa Cihanjuang, Sumedang, Jawa Barat sebanyak 19 jiwa meninggal dunia dengan korban luka-luka sebanyak 18 jiwa.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, peristiwa tanah longsor yang terjadi di Desa Cihanjuang, terjadi pada Sabtu (9/1/2021), pukul 16.00 waktu setempat.
“Tanah longsor dipicu oleh curah hujan tinggi dan struktur tanah yang labil. Tebing setinggi 20 meter dan panjang sekitar 40 meter longsor hingga menimpa beberapa unit rumah hingga rusak,” kata Raditya, Ahad (10/1/2021).
Hal tersebut, lanjutnya, didasarkan analisis dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang di lapangan.
Diketahui, Kabupaten Sumedang termasuk wilayah dengan potensi bahaya tanah longsor dengan kategori sedang hingga tinggi.
Berdasarkan analisis InaRISK, sebanyak 26 kecamatan teridentifikasi berpotensi bahaya dengan kategori tersebut, sedangkan luas bahaya sekitar 60.872 hektar.
BNPB berharap masyarakat dapat tetap waspada dan siaga dalam mengantisipasi dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor maupun angin kencang. Persiapan diri sendiri, keluarga dan komunitas sangat dibutuhkan sehingga dampak korban jiwa dapat dihindari sedini mungkin, khususnya di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Menyikapi puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengingatkan BPBD Provinsi untuk melakukan upaya peringatan dini dan kesiapsiagaan, khususnya di BPBD kabupaten dan kota.
BNPB menyurati Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di 34 provinsi untuk terus berkoordinasi dengan BPBD di tingkat kabupaten dan kota. Peringatan dini dan kesiapsiagaan ini didasari data prakiraan potensi banjir dan longsor pada Januari 2021 dari BMKG, yang bekerja sama dengan Kementerian PUPR, BIG dan PVMBG.