(Arrahmah.com) – Vitamin C dimasa pandemi Covid-19 saat ini, sangat berguna untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang seha. Tidak hanya itu, vitamin C memainkan peran penting dalam penyembuhan luka, menjaga tulang tetap kuat, dan termasuk meningkatkan fungsi otak.
Menariknya, ada yang mengklaim bahwa suplemen vitamin C memberikan manfaat di luar yang bisa didapat dari vitamin C yang terdapat dalam makanan. Salah satu alasan paling umum orang mengonsumsi suplemen vitamin C adalah anggapan bahwa suplemen bisa membantu mengatasi sariawan atau mencegah flu biasa.
Namun, banyak suplemen mengandung vitamin dalam jumlah yang sangat tinggi, yang dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan dalam beberapa kasus. Untuk orang Indonesia sendiri, pemerintah sudah memberikan kisi-kisi kebutuhan vitamin C sesuai rentang usia, jenis kelamin, dan faktor risiko.
Berikut ini adalah jumlah kebutuhan vitamin C harian yang disarankan menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) RI No. 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia:
Bayi/anak
- 0-5 bulan: 40 mg
- 6-11 bulan: 50 mg
- 1-3 tahun: 40 mg
- 4-6 tahun: 45 mg
- 7-9 tahun: 45 mg
Pria
- 10-12 tahun: 50 mg
- 13-15 tahun: 75 mg
- 16-18 tahun: 90 mg
- 19-29 tahun: 90 mg
- 30-49 tahun: 90 mg
- 50-64 tahun: 90 mg
- 65-80 tahun: 90 mg
- 80+ tahun: 90 mg
Wanita
- 10-12 tahun: 50 mg
- 13-15 tahun: 65 mg
- 16-18 tahun: 75 mg
- 19-29 tahun: 75 mg
- 30-49 tahun: 75 mg
- 50-64 tahun: 75 mg
- 65-80 tahun: 75 mg
- 80+ tahun: 75 mg
Ibu hamil
- Trimester 1: +10 mg
- Trimester 2: +10 mg
- Trimester 3: +10 mg
Ibu menyusui
- 6 Bulan pertama: +45 mg
- 6 Bulan kedua: +45 mg
Pemenuhan kebutuhan vitamin C pada bayi 0-6 bulan harus bersumber dari pemberisan ASI eksklusif. Lantas, apa saja efek samping atau bahaya yang dapat muncul apabila mengonsumsi terlalu banyak vitamin C? Berikut ini beberapa kemungkinannya:
1. Dapat menyebabkan gangguan pencernaan
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air. Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, vitamin yang larut dalam air tidak disimpan di dalam tubuh.
Sebaliknya, vitamin C yang telah dikonsumsi akan diangkut ke jaringan melalui cairan tubuh, dan tambahan apa pun akan dikeluarkan melalui urine. Karena tubuh tidak menyimpan vitamin C atau memproduksinya sendiri, penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C setiap hari.
Namun, suplementasi vitamin C dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan efek samping. Melansir dari Health Line, efek samping yang paling umum dari asupan vitamin C yang tinggi atau berlebih adalah gangguan pencernaan.
Secara umum, efek samping tersebut tidak terjadi akibat mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, melainkan dari mengonsumsi vitamin dalam bentuk suplemen. Seseorang kemungkinan besar akan mengalami gejala pencernaan jika mengonsumsi vitamin C dengan dosis lebih dari 2.000 mg sekaligus.
Dengan demikian, batas atas konsumsi vitamin C yang dapat ditoleransi 2.000 mg per hari telah ditetapkan. Gejala pencernaan yang paling umum dari asupan vitamin C yang berlebihan adalah diare dan mual.
Asupan yang berlebihan juga telah dilaporkan menyebabkan naiknya asam lambung, meskipun hal ini belum sepenuhnya terbukti. Jika mengalami masalah pencernaan akibat mengonsumsi terlalu banyak vitamin C, seseorang cukup mengurangi dosis suplemen atau hindari suplemen vitamin C sama sekali.
2. Dapat menyebabkan kelebihan zat besi
Vitamin C dikenal memiliki fungsi juga untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Zat gizi ini dapat mengikat zat besi non-heme yang ditemukan dalam makanan nabati.
Zat besi non-heme tidak diserap oleh tubuh seefisien zat besi heme, jenis zat besi yang ditemukan dalam produk hewani. Vitamin C terikat dengan zat besi non-heme, sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Ini adalah fungsi penting, terutama bagi individu yang mendapatkan sebagian besar zat besi dari makanan nabati.
Satu studi pada orang dewasa menemukan bahwa penyerapan zat besi meningkat 67 persen ketika mereka mengonsumsi 100 mg vitamin C dengan makanan. Namun, individu dengan kondisi yang meningkatkan risiko penumpukan zat besi dalam tubuh, seperti hemochromatosis, perlu berhati-hati dengan suplemen vitamin C.
Dalam keadaan ini, mengonsumsi vitamin C secara berlebihan dapat menyebabkan kelebihan zat besi yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, hati, pankreas, tiroid, dan sistem saraf pusat.
3. Dapat menyebabkan batu ginjal
Kelebihan vitamin C dikeluarkan dari tubuh sebagai oksalat, produk limbah tubuh. Oksalat biasanya keluar dari tubuh melalui urine. Namun, dalam beberapa keadaan, oksalat dapat mengikat mineral dan membentuk kristal yang dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal.
Mengonsumsi terlalu banyak vitamin C berpotensi meningkatkan jumlah oksalat dalam urine seseorang, sehingga meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Dalam sebuah penelitian yang meminta orang dewasa mengonsumsi suplemen 1.000 mg vitamin C dua kali sehari selama 6 hari, jumlah oksalat yang mereka keluarkan meningkat sebesar 20 persen.
Asupan vitamin C yang tinggi bukan hanya dikaitkan dengan jumlah oksalat dalam urine yang lebih besar, tetapi juga terkait dengan perkembangan batu ginjal, terutama jika seseorang mengonsumsinya dalam jumlah lebih dari 2.000 mg.
Laporan gagal ginjal juga telah dilaporkan pada orang yang mengonsumsi lebih dari 2.000 mg dalam sehari. Namun, kondisi ini termasuk sangat jarang terjadi, terutama pada orang sehat.
4. Ketidakseimbangan nutrisi
Melansir Medical News Today, kekhawatiran lain terkait asupan vitamin C yang berlebihan adalah dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk memproses nutrisi lain. Misalnya, vitamin C bukan hanya bisa meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan kadar zat besi menjadi terlalu tinggi.
Vitamin C juga dapat menurunkan kadar vitamin B12 dan mineral tembaga dalam tubuh.
5. Menyebabkan bone spurs atau osteofit
Menurut Arthritis Foundation, sebuah penelitian menemukan bahwa adanya kadar vitamin C yang sangat tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan bone spurs atau osteofit yang menyakitkan.
Bone spurs adalah tulang yang tumbuh menonjol di sekitar persendian atau tempat pertemuan antara dua tulang. Di sisi lain, orang dengan kadar vitamin C rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena rheumatoid arthritis atau rematik, yakni kondisi sendi inflamasi yang menyakitkan.
Temuan ini menekankan perlunya suplementasi vitamin C yang tepat, yaitu tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit demi kesehatan.
6. Merusak efektivitas niacin-simvastatin
Bukti menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin C dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk meningkatkan kolesterol high density lipoprotein (HDL) pada orang yang menggunakan kombinasi obat niacin-simvastatin.
Obat ini menggabungkan vitamin niacin ( vitamin B3) dengan statin simvastatin (Zocor), dan orang meminumnya untuk mengobati kolesterol tinggi. Dokter menganggap kolesterol HDL sebagai kolesterol “baik” karena mengurangi jumlah kolesterol berbahaya dalam darah.
Jika seseorang mengonsumsi suplemen vitamin C dan niacin-simvastatin, mereka harus berbicara dengan dokter tentang cara untuk membuatnya lebih efektif.
Sumber: RRI
(*/arrahmah.com)