Sebuah tembakan yang dilepaskan oleh penembak jitu Mujahid Imarah Islam Afghanistan, terdengar hari itu. Lewis Hendry dari Batalion 3 Resimen Parasut dan Conrad Lewis dari Batalion 4 Resimen Parasut tewas dalam satu tembakan penembak jitu.
Mereka dikatakan tengah berpatroli di sebuah daerah di utara distrik Nad-e-Ali, provinsi Helmand pada Februari lalu.
Sebuah pemeriksaan kasus di Trowbridge, Wiltshire, mendengar keduanya mengambil bagian dalam patroli berjalan kaki bersama tentara Afghanistan ketika mereka diserang.
Tujuan patroli tersebut adalah untuk menemukan sang penembak jitu dan untuk “meyakinkan” penduduk di sebuah desa kecil.
Sehari sebelumnya, patroli lain telah diserang oleh tembakan senjata akurat kecil dari daerah yang sama.
Para tentara meninggalkan pos pemeriksaan Qudrat di utara Nad-e-Ali pada 9 Februari pagi, mengetahui bahwa Mujahidin telah menyadari patroli mereka.
Sersan Mayor Christopher Smith, dari Batalion 3 Resimen Parasut memimpin patroli di sana dan ia mengatakan bahwa tempat itu merupakan salah satu tempat paling berbahaya di Afghanistan.
“Ancaman utama, yang dikenal oleh semua orang adalah penembak jitu. Dalam hal ini, mereka lebih dari satu,” ujarnya.
“Conrad adalah poin utama, ia merupakan bagian sangat penting dari patroli, ia adalah mata dan telinga di bagian depan. Lewis merupakan salah satu dari dua orang di belakangnya.”
Patroli membentuk formasi tunggal dengan Hendry dan Lewis berada di depan.
Patroli itu bergerak melintasi kamp dan menyadari bahwa seorang pemuda Afghan berjalan di sekitar kamp 31, meskipun ia terlihat tidak bersenjata.
“Kami pikir kami diawasi begitu kami meninggalkan pos pemeriksaan,” ujar Sersan Mayor Smith.
“Sebuah tembakan tunggal dilepaskan dari kamp 31. Itu cukup akurat.”
Perang meletus, tentara memasang bendera Afghan di atap kamp, di distrik Nad-e-Ali. Pemeriksaan mendengar bahwa tembakan melewati kaki salah satu dari anggota patroli.
Setelah ditembak, Sersan Mayor Smith mengirimkan laporan, memperingatkan bahwa ada penembak jitu bersembunyi di daerah tersebut.
“Anak-anak bereaksi, melepaskan tembakan balasan. Sekitar lima sampai enam detik setelah panggilan datang, satu tentara dijatuhkan,” ujar Smith kepada pemeriksa kasus.
Dia mengatakan waktu dari tembakan pertama ke tembakan kedua hanya sekitar 10 detik.
Pemeriksa kasus mendengar pria itu berlutut di balik dinding ketika menembak kepala Hendry, dan kemudian menembak Lewis di lehernya.
Rekan-rekan mereka bergegas untuk mengobati luka mereka, sementara patroli terus melepaskan tembakan.
Namun keduanya tewas akibat luka yang mereka alami.
Sebuah pernyataan dari Tentara A, seorang anggota pasukan khusus yang mendukung kelompok tersebut dan mentor dari tentara Afghan membacakannya di depan pengadilan oleh David Ridley.
“Ia mengingat bahwa intelijen gerilyaman menyadari patroli.”
“Dia di depan Conrad dan Lewis. Mereka berteriak untuk mengindikasikan target setelah tembakan pertama.”
Dia mengakui bahwa penembak jitu Mujahid merupakan “pembunuh” yang sangat terlatih dan merupakan lawan yang paling tangguh di Afghanistan.
Intelijen melaporkan bahwa penembak jitu tersebut merupakan Mujahid Taliban berusia 55 tahun yang menggunakan senapan lama buatan Inggris, senapan Enfield dan berkeliling menggunakan sepeda motor, subhanallah. (haninmazaya/arrahmah.com)