![Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi (Kiri) dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman Al Saud (Kanan) mengadakan pertemuan di Jeddah, Arab Saudi pada 31 Mei 2018 [Bandar Algaloud / Anadolu Agency]](https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2020/12/Screenshot_2020-12-28-2018_5-31-Abdrabbuh-Mansur-Hadi-Mohammed-bin-Salman-Al-Saud-in-Saudi-Arabia20180531_2_30648497_342152....png?fit=999%2C666&ssl=1)
RIYADH (Arrahmah.com) – Pemerintah baru Yaman dilantik pada Sabtu (26/12/2020) di ibu kota Saudi, Riyadh, di hadapan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, menurut laporan oleh Anadolu Agency.
Kabinet, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Maeen Abdul Malik, dibentuk berdasarkan Perjanjian Riyadh antara pemerintah Yaman dan separatis Dewan Transisi Selatan (STC), yang didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA).
Menurut sumber pemerintah Yaman, perdana menteri, dan semua menteri mengambil sumpah di Riyadh, kecuali Menteri Administrasi Lokal Hussein al-Aghbari, yang bersikeras untuk mengambil sumpah di ibukota sementara Aden.
Pada 18 Desember, Presidensi Yaman mengumumkan pembentukan pemerintahan pembagian kekuasaan yang terdiri dari 24 menteri yang dipilih atas dasar kesetaraan antara provinsi utara dan selatan sebagaimana diatur dalam Perjanjian Riyadh. Pemerintahan baru termasuk lima menteri dari STC.
Perjanjian Riyadh ditandatangani antara pemerintah Yaman dan STC pada November 2019 di bawah sponsor koalisi yang dipimpin Saudi, yang diklaim mengakhiri bentrokan militer antara kekuatan kedua belah pihak.
Yaman telah jatuh ke dalam perang saudara pada tahun 2014 ketika pemberontak Houtsi yang didukung Iran menguasai sebagian besar provinsi utara, termasuk ibu kota Sanaa.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), konflik di Yaman sejauh ini telah merenggut nyawa 233.000 orang. (Althaf/arrahmah.com)
