TEL AVIV (Arrahmah.com) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu, dalam pesan kepada Presiden terpilih AS Joe Biden, mengatakan pada hari Minggu (22/11/2020) seharusnya tidak ada kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015 yang ditinggalkan oleh Presiden Donald Trump.
Biden, yang akan resmi menjabat pada 20 Januari, mengatakan dia akan bergabung kembali dengan perjanjian jika Teheran melanjutkan komitmennya, dan akan bekerja dengan sekutu “untuk memperkuat dan memperpanjangnya, sambil secara lebih efektif mendorong kembali kegiatan destabilisasi Iran lainnya.”
Perjanjian yang dicapai kekuatan dunia dengan Iran berusaha untuk membatasi program nuklir Teheran untuk mencegahnya mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi.
Tetapi kesepakatan itu ditinggalkan oleh Trump pada 2018 karena dinilai tidak membatasi program rudal balistik Iran atau dukungannya untuk milisi di Irak, Libanon, Suriah, dan Yaman, yang dipandang Washington sebagai pendestabilisasi di Timur Tengah.
“Tidak boleh ada jalan kembali ke perjanjian nuklir sebelumnya. Kita harus tetap berpegang pada kebijakan tanpa kompromi untuk memastikan bahwa Iran tidak mengembangkan senjata nuklir,” ujar Netanyahu dalam pidatonya di “Israel” selatan.
Dia tidak menyebut Biden secara langsung, tetapi komentarnya secara luas ditafsirkan oleh media “Israel” sebagai pesan kepada presiden yang akan datang untuk tidak membawa Amerika Serikat kembali ke dalam perjanjian.
Netanyahu adalah penentang kuat dari perjanjian 2015, menyebutnya sebagai “kesepakatan yang sangat buruk” dalam pidatonya tahun itu di depan Kongres AS yang semakin mempererat hubungannya dengan pendahulu Trump dari Partai Demokrat, Barack Obama.
Pihak kekuatan Eropa dalam perjanjian tersebut, bersama dengan Rusia dan Cina, telah berusaha untuk mempertahankan kesepakatan meskipun ada tekanan AS untuk sanksi besar-besaran terhadap Iran atas pelanggaran yang dinyatakan sebagai tanggapan atas penarikan Washington.
Sementara itu, Iran menyangkal bahwa program atomnya ditujukan untuk mengembangkan senjata. (Althaf/arrahmah.com)