WASHINGTON (Arrahmah.com) – Total biaya yang dikeluarkan AS untuk perang di Irak dan Afghanistan ditambah operasi militer terkait di Pakistan telah melebihi angka 4 triliun USD, lebih dari tiga kali jumlah yang telah disahkan oleh Kongres AS dalam satu dekade ini sejak serangan 911.
Jumlah ini secara mengejutkan muncul dari sebuah penelitian oleh akademisi di Universitas Brown baru-baru ini. Jika pengeluaran Pentagon lainnya, pembayaran bunga atas uang pinjaman untuk membiayai perang dan 400 juta USD diperkirakan telah dihabiskan untuk “perang melawan teror” domestik, total pengeluaran yang sudah dikeluarkan di satu tempat antara 2,3 hingga 2,7 triliun USD.
Dan meskipun perang kini “mulai mereda”, tambahan pengeluaran militer masa depan dan biaya perawatan bagi para veteran perang, maka jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh AS akan berada di antara 3,7 hingga 4,4 triliun USD.
Laporan oleh Universitas Brown ini bukan pertama kalinya dilakukan, sebelumnya pada tahun 2008, Harvard pernah melakukan studi serupa yang dilakukan oleh ekonom Linda Bilmes dan Joseph Stiglitz, memperhitungkan bahwa biaya akhir perang akan melebihi 3 triliun USD. Perbedaannya adalah posisi keuangan Amerika kini telah memburuk.
Tidak seperti kebanyakan konflik sebelumnya, perang kotor Amerika di Irak dan Afghanistan telah hampir seluruhnya dibiayai oleh uang pinjaman yang cepat atau lambat harus dilunasi.
Penderitaan manusia juga sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Laporan menyimpulkan bahwa antara 225.000 sampai 258.000 orang telah tewas dalam dua perang tersebut, namun jumlah tersebut bisa jauh lebih tinggi karena Amerika selalu menutupi jumlah korban sebenarnya.
Bahkan angka-angka tersebut hanya yang berada di permukaan, dalam banyak kasus, seperti tentara yang terluka dan akhirnya cacat atau mereka yang telah meninggal karena kekurangan gizi dan kekuarangan pengobatan tidak diangkat. “Ketika berhenti bertempur, mereka berada dalam keadaan sekarat,” ujar Neta Crawford, co-direktur studi Universitas Brown. Tidak sedikit juga pengungsi yang diciptakan oleh perang, sekitar 7,8 juta orang mengungsi dari rumah mereka karena perang, jumlahnya kira-kira sama dengan populasi Skotlandia dan Wales.
Apa yang dicapai Amerika dari pengeluaran tersebut yang kini dipertanyakan. Dua negeri kaum Muslim yang diserang secara brutal oleh Amerika, Irak dan Afghanistan, kenyataannya demokrasi di sana tidak berkembang dengan baik seperti yang diinginkan AS.
Syeikh Usamah bin Ladin rahimahullah, juga tidak sedikit menyumbang untuk kebangkrutan AS. Perburuan terhadap dirinya yang dilakukan AS menjadi perburuan termahal sepanjang sejarah.
Jika studi ini benar, selain terpanjang dalam sejarah, maka biaya perang AS yang telah mengalir sejak peristiwa 911, akan mendekati biaya Perang Dunia kedua.
Perlu diingat bahwa Al Qaeda berulangkali menyatakan bahwa salah satu tujuan mereka adalah melemahkan pondasi keuangan dan ekonomi Amerika dan negara Barat.
Sebuah situs berita Cina menulis, kematian Syeikh Usamah bin Ladin merupakan masalah baru, Amerika menjadi ancaman bagi negara-negara Islam. Situs China.org.cn menuliskan : “Masalah Amerika tidak terhubung dengan bin Ladin. Amerika mengobarkan perang melawan Islam”.
Situs ini juga mencatat bahwa sentimen anti-AS bukannya melemah namun semakin menguat setiap tahunnya. (haninmazaya/arrahmah.com)