ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan pada Sabtu (2/7/2011) bahwa pihaknya tidak tahu-menahu soal personil militer di pangkalan udara Shamsi dan juga tidak merasa menerima permintaan khusus dari Pakistan untuk mengosongkan pangkalan ini, Dawn melaporkan pada Minggu (3/7).
Washington Post melansir bahwa AS telah menghentikan serangan pesawat tanpa awaknya dari Shamsi sejak tiga bulan lalu, setelah munculnya kasus Raymond Davis. Sejak itu, serangan tersebut dikendalikan dari pangkalan AS di Afghanistan.
Meski demikian, lansir Washington Post, AS masih menduduki pangkalan Shamsi di Balochistan.
Mengomentari pernyataan Menteri Pertahanan Pakistan Ahmed Mukhtar, Mark Toner, juru bicara Deplu AS, menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada personil militer di pangkalan tersebut.
“Kami masih terus melanjutkan kerja sama dengan Pakistan, termasuk di dalamnya kerjasama mencegah terorisme,” katanya. “Namun untuk persoalan khusus pangkalan Shamsi, lebih baik anda tanya langsung pada otoritas Pakistan.”
Awal pekan ini, sejumlah media AS dan Pakistan melaporkan bahwa Pakistan telah mendesak AS untuk berhenti menggunakan pangkalan udara Shamsi sebagai lokasi untuk mengendalikan serangan pesawat tanpa awak terhadap perbatasan Pakistan yang lebih banyak menewaskan warga sipil.
Tindakan ini diambil otoritas Pakistan pasca insiden tewasnya pemimpin Al Qaeda, Syaikh Usamah bin Laden, awal Mei lalu.
Sementara AS menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki sedikitpun rencana untuk mengevakuasi diri dari pangkalan Shamsi.
Toner mengklaim sejak serangan Abbottabad, AS semakin bersitegang dengan Pakistan.
Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan AS untuk menghentikan kerja sama dengan negeri muslim yang bertetangga dengan Afghanistan itu. AS memiliki kepentingan yang cukup besar di Pakistan. Dengan kedok perang melawan teror, AS bermaksud untuk mencegah bangkitnya Islam dari wilayah tersebut -yang mulai terlihat dari maraknya aksi anti AS- serta menjaga potensi nuklir yang dimiliki oleh Pakistan.
“Pakistan sedang diancam oleh terorisme. Mereka telah kehilangan banyak nyawa akibat tindakan terorisme ini,” bual Toner. (althaf/arrahmah.com)