GAZA (Arrahmah.com) – Kelompok perlawanan Palestina Hamas yang berbasis di Jalur Gaza mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron karena membela kartun yang melecehkan Nabi Muhammad dan Islam.
“Menghina agama dan nabi bukanlah masalah kebebasan berekspresi, melainkan mempromosikan budaya kebencian,” jelas Sami Abu Zuhri, juru bicara senior Hamas, sebagaimana dilansir Middle East Monitor pada Ahad (25/10/2020). Menurut Sami, upaya Macron yang mengizinkan kartun menghina Nabi Muhammad adalah upaya untuk menghidupkan kembali Perang Salib di mana Prancis adalah sumber pemicunya.
Kecaman itu datang tiga hari setelah Macron mengklaim bahwa seorang guru Prancis yang dipenggal awal bulan ini dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan Prancis.
Guru sejarah, Samuel Paty, sebelumnya telah memicu kemarahan dengan menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya yang pernah diterbitkan oleh surat kabar satir Prancis Charlie Hebdo.
Dia dibunuh di luar sekolahnya di pinggiran kota Paris pada 16 Oktober lalu oleh seorang pemuda Chechnya, Abdullakh Anzorov (18), yang ditembak mati oleh polisi segera setelah pembunuhan itu.
Sebagai penghormatan kepada guru yang terbunuh, Macron menggambarkannya sebagai “pahlawan yang pendiam” dan secara anumerta memberinya Légion d’Honneur, penghargaan sipil tertinggi di negara itu.
Macron juga berjanji negaranya tidak akan menghilangkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad. Beberapa hari lalu, di sejumlah Gedung pemrintahan Prancis, gambar-gambar penghinaan tersebut ditayangkan selama beberapa jam.
Sejak itu, seruan untuk boikot produk Prancis di dunia Arab dan sekitarnya terus meningkat. (Hanoum/Arrahmah.com)